Kamis, 23 Juli 2015

“NUANSA ISLAMI DALAM LAKON MUSTAKAWENI” Karya : Ki Slamet 42

Mustokoweni
“NUANSA ISLAMI DALAM LAKON MUSTAKAWENI”
Karya : Ki Slamet 42

Terteralah di dalam cerita wayang, Mustokoweni
Keluarga Pandawa,  berkenan  membangun  candi
Bangunan suci,  untuk sesembahan  puja dan puji
Bagi nenek moyang mereka yang keramat dan suci
Maka berdirilah dengan megah Candi Sapta Arga
Tempat kuburnya para leluhur keluarga Pandawa
Yang setiap waktu tiadalah lupa dipuji dan dipuja
Agar mendapat restu, dalam memerintah Amarta

Oleh karena terlalu sibuk bangun candi pemujaan
Terbelenggu oleh kuatnya jerat,  tali kemusyrikan
Sehingga lupa dan lengahlah pada pusaka ageman
Jimat Kalimasada, yang telah lama  jadi pegangan
Maka pusaka Jimat Kalimasada pun hilang lenyap
Dicuri oleh Mustokoweni,  dengan gerakan sigap
Maka segala kekuatan kesaktian Yudhistira lelap
Jadi lemah tak bermarwah berwarna hitam gelap

Jikalah dikaji, dicerna, dianalisa dari sudut religi
Yang dilambari, berdasar referensi aqidah Islami
Cerita wayang,  tentang  “Lakon Mustoweni” ini
Hanya karangan bukan pakem wayang purwa asli
Dibuat hanya sebagai gambaran atau perlambang
Tentang sikap dan perilaku manusia yang gamang
Pada ajaran dan aqidahnya yang mudahlah hilang
Dicuri kekufuran,  Syirik,  imingan bayang-bayang

Hal ini,  sebagaimana pendapat  pengamat budaya
Pimpinan  Museum Paheman Radya Pustaka, Sala
Tumenggung Dipaningrat, beliau berkata  bahwa :
“Lakon Mustakaweni adalah asli buatan Pujangga
Islam Demak Bintara, yang sengaja dikarang cipta
Sebagai peringatan bagi umat Islam, bahwa pabila
Mereka  terus memuja  moyangnya  di Sapta Arga
Lakukan Syirik, maka kesaktiannya akanlah sirna.”

Sudah tentu tiada aneh,  jika lakon Mustokoweni
Berisi ajaran Islam yang tiada boleh syirik puja-puji
Bersekutu kepada selain Allah, Tuhan Ilahi Rabbi
Sebagaimana Allah berfirman di dalam Kitab Suci:
“Dan, sembahlah Allah, dan janganlah menyerikati
Dengan  sesuatu  apapun.”  (  S.  An – Nisaa’ : 36 )
“Sesungguhnya,  Allah  tidaklah  akan mengampuni
Orang-orang yang menyekutukanNya, mengampuni
Selain itu kepada orang-orang  yang dikehendaki.”
( S. An – Nisaa’ : 48, 116 )

Bumi Pangarakan, Bogor
Kamis, 23 Juli 2015 – 14:55 WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar