Jumat, 21 Agustus 2015

“SI PEREMEH ITU BERWATAK DUMEH” Karya : Ki Slamet 42

Image "Golek" ( Foto: SP )
Golek "Dorna"

“SI PEREMEH ITU BERWATAK DUMEH”
Karya : Ki Slamet 42

Selorohmu seakan kau sajalah yang terpintar
Berujar kata bahwa akulah yang paling benar
Jika orang  beda dengan pikirmu yang nyasar
Maka ekspresikan amarah berkata-kata kasar

Dalam rasamu, seakan kau sajalah yang besar
Tiada banding  ‘tuk bisa sanding  dalam gelar
Kemana-mana,  kepada siapa saja  berkelakar
Segalanya dianggap remeh tak ada rasa gusar

Suka mencemooh, orang lain dianggap bodoh
Gemar meleceh, meremeh, dumeh berseloroh
Tak bisa tenang tergopoh-gopoh dan ceroboh
Berjalan gagah tiada takut kesandung roboh

Sang Peremeh itu, memang miliki watak dumeh
Kepada orang lain selalu menganggapnya remeh
Umbyang-umbyung bersikap mencelah-menceleh
Ya, si Peremeh, memang dumeh suka  nyeleneh

Kp. Pangarakan, Bogor
Sabtu, 22 Agustus 2015 – WIB


Rabu, 19 Agustus 2015

“SAAT RASAKAN SEPI AKU TULIS PUISI” Karya : Ki Slamet 42

Image "Ki Slamet 42" ( Foto: SP )
Ki Slamet 42

“SAAT RASAKAN SEPI AKU TULIS PUISI”
Karya : Ki Slamet 42

Tepat pada pukul empat empat puluh lima di pagi hari
Mobil bus Sukabumi-Pulo Gadung yang aku tumpangi
Persis berhenti di pintu gerbang tol Cawang Jagorawi
Aku pun lompat turun dari bus, lalu berjalan telusuri
Terowongan sisi gedung,  Jasa Marga yang masih sepi
Hingga sampailah di tempat dimana aku biasa menanti
Kendaraan angkutan jalur khusus Halim transportasi
Menuju  SMAN 42,  tempat aku ajar  siswa dan siswi

Sekitar lima belas menit menanti,  Trans Halim datang
Maka, segera aku pun naik, duduk di bangku belakang
Trans Halim melaju gancang sebab sepilah penumpang
Sesampai di SMAN 42,  persis di depan  pintu gerbang
Aku pun turun,  berjalan gontai, segera menyeberang
Terus jalan ke ruang T.U yang masih belum ada orang
Karena pegawai tata usahanya masih belumlah datang
Masih di dalam perjalanan, yang tiada pernah lengang

Setelah sidik jari,  kemudian aku pun  tuju ruang guru
Langsung hampiri meja kerjaku yang sudah menunggu
Aku letakkan tas di atas meja sambil duduk termangu
Kepala terasa pening, sebab kantuk gerayangi mataku
Lalu aku beranjak pergi dari situ, jalan keluar menuju
Kantin RUSPAU untuk minum kopi luak kesukaanku
Mata jadi terang, rasa pening kepala yang menganggu
Pun lenyaplah sudah, segarlah kini terasa di tubuhku

Di  bawah kelebatan, dan kerindangan  pohon cheeri
Dibarengi hembusan semilir mendayu sejuk angin pagi
Sang Surya pagi pun, belum nampakkan wajah berseri
Sementara jam mengajarku, mulai jam 11:20 siang hari
Maka,  kuambil pulpen  yang ada di kantong saku kiri
Lalu kutulis puisi, pada secarik kertas, curah isi hati
Yang selama ini, tersimpan dalam lubuk buku memori
Berdenyut bergetar terpancar, keluar lewat ekspresi

Puisi sepi tentang  bermacam peristiwa dalam negeri
Tentang harga daging sapi yang mencuat amat tinggi
Banyaknya para pejabat,  yang terlibat kasus korupsi
Peristiwa kriminal pembunuhan anak yang begitu keji
Para pelaku pembegal motor yang tak kenal basa-basi
Merampas, merampok, bunuh korban sampailah mati
Gunung-gunung pun turutlah marah,  semburkan api
Langit hitam dikotori awan berdebu tebarkan polusi

Kp. Pangarakan, Bogor
Selasa, 18 Agustus 2015 – 07:41 WIB

Senin, 17 Agustus 2015

"KAU MEMANG MANIS SANGUINIS" Karya : Ki Slamet 42


“KAU MEMANG MANIS SANGUINIS”
Karya : Ki Slamet 42

Bicara tentang diri kita tentulah banyak yang suka
Oleh sebab setiap kita punya karakter jiwa berbeda
Yang jadikan kita ‘tuk saling kenal satu dan lainnya
Saling isi berinteraksi dalam kehidupan marcapada

Kau yang manis berkepribadian sanguinis aku suka
Sebab pandailah bercakap, rangkai indah kata-kata
Meskipun memonopoli bicara dan sukalah mencela
Tapi ramahmu, riangmu, buat aku jadi jatuh cinta

Memang, terkadang bicaramu sukalah menyimpang
Terus saja bicara,tak mau henti atau pun dilarang
Yang membuat aku jadilah gamang, bahkan berang
Adalah sifat emosionalmu, yang amat terus terang

Ya sudahlah,  aku memang mencintaimu sejak dulu
Dengan apa yang ada pada dirimu, jiwamu, ragamu
Dengan  segala  kelebihanmu,  juga kekuranganmu
Terus terang,  aku suka  kepribadian  sanguinismu

Bumi Pangarakan, Bogor
Senin, 17 Agustus 2015 – 22:15 WIB