Senin, 27 November 2017

“S A M S A R A” By Ki Slamet

Sajak Puisi Ki Slamet 42
Selasa, 28 November 2017 - 10:05 WIB

Image: "Sita Rosita" (Foto: SP)


“S A M S A R A”
By Ki Slamet


Tiadalah kusangka tiadalah kuduga
Begitu cepatnya dindaku pergi
Jauh kembara ke alam nirwana
Dan tak akan mungkin kembali lagi

Samsara hati tiadalah terkira
Sepanjang kala dirudung duka
Hari-hari pun terasalah hampa
Tiada lagi sang pelipur lara

Pangarakan, Bogor
Minggu, 26 November 2017.51 WIB


Top of Form
Bottom of Form

 

Minggu, 30 April 2017

POLEKSOSBUDA
Senin, 01 Mei 2017-02:04 WIB

 

“LARA HATI” Karya: Ki Slamet 42

Sajak Puisi Ki Slamet 42
Minggu, 30 April 2017 - 17:06 WIB

 
Image "Ki Slamet 42 di danau Situ Bagendit (Foto: SP)
Ki Slamet 42 di Danau Situ Bagendit, Garut

“LARA HATI”

Karya: Ki Slamet 42



Laralah hatiku betapalah hatiku lara
Serasa tak bisa lagi ‘tuk menahannya
Di saat melihatmu bercumbu mesra
Mengumbar segala rasa rona di jiwa
Mereguk kenikmatan alam fana loka

Tapi aku tiadalah bisa berbuat apa-apa
Sebab kau bukanlah milikku sepenuhnya
Aku cuma bisa berdoa pada yang Kuasa
Dan berucap alhamdulillah bahwasannya
Aku ‘lah terhindar dari segala dosa-dosa


Kp. Pangarakan, Bogor
Minggu, 30 April 2017-16:46 WIB  

Jumat, 06 Januari 2017

“TEWASNYA PATIH SANGKUNI” By Ki Slamet 42

Blog Ki Slamet : Sajak Puisi Ki Slamet 42
Sabtu, 07 Januari 2017 - 11:33 WIB

Patih Sangkuni

“TEWASNYA PATIH SANGKUNI”
By Ki Slamet 42

Syahdan paska Prabu Salya telah gugur perlaya
Gugur sebagai pahlawan di medan Kuru Setra
Tentaranya jadilah cerai berai kehilangan muka
Mereka tunggang langgang meninggalkan arena
Berlari dengan gancang kabur dari medan laga

Melihat keadaan ini, mundurlah raja Suyodana
Hatinya mengkerut begitu kecut takut jadinya
Bingung tak tahu apa yang harus dilakukannya
Ketika Ia dikepung oleh pasukan Pandawa lima
Ia adakan serangan balik bersama adik-adiknya

Mereka pun lepaskan panah-panah dahsyatnya
Mendesing  ke arah seluruh pasukan Pandawa
Langit jadi sesak dihiasi panah sakti Suyodana
Ribuan panah Suyodana berdesing  di angkasa
Membuat gentar ancam jiwa pasukan Pandawa

Melihat ini Arjuna keluarkan panah Candanila
 Yang bisa timbulkan topan besar  tiada terkira
Candanila  sapu bersih panah-panah Suyodana
Hingga tiada mampu melukai pasukan Pandawa
Yang nampaklah timbul kembali keberaniannya

Sementara itu Bima Sena dengan gada Lohita
Maju mengamuk bertandanglah membabi buta  
Berputar menghantam setiap pasukan Kurawa
Yang tewaslah mengenaskan pada saat itu juga
Dengan tubuh hancur tiada lagi berwajah rupa

Suyodana hampir terkena pukulan gada Lohita
Jika tidak melompat hindari pukulan gada Bima
Timbul rasaan takut yang tak terkira di hatinya
Ia pun berlari kencang takut kehilangan nyawa
Bersama adik-adiknya Ia kabur dari Kuru setra

Sementara itu melihat tandang dan amuk Bima
Membuat Sangkuni  jadi teramat takut hatinya
Ia berlarilah gancang mengikuti jejak Suyodana
Melihat ini hati Bima tambah beranglah hatinya
Cepat melompat rambut Sangkuni dijambaknya

Sangkuni menangis meminta ampun pada Bima
Ia memohon agar Bima tidaklah membunuhnya
Akan tetapi Bima sama sekali tak pedulikannya
Dendam pati terhadap Sangkuni tiada obatnya
Ia bersumpah darah sangkuni akan diminumnya

 “Sangkuni, kau penjilat, jahat, pengadu domba
Kau selalu berbuat onar, timbulkan huru-hara
Berbuat kekacauan, bermuslihat keji, angkara
Terimalah balasanku yang dahulu kau perdaya
Yama  akan cabut nyawamu  lewat Bima Sena

Sangkuni ditendang,  dihantam dengan gada
Tak puas juga, tubuh Sangkuni dimutilasinya
Menghirup darah Sangkuni sesuai sumpahnya
Tubuh Sangkuni  yang telah  dimutilasi  Bima
Dilempar  Bima Sena  ke  lima  penjuru dunia

Musuh telah dibinasakan sehingga Kuru Setra
Dipenuhlah mayat-mayat bertumpuk bertangga
Dari para pasukan Kurawa  maupun  Pandawa
Tapi dengan lolosnya Suyodana dan saudaranya
Tuntasnya pekerjaan belum diselesaikan Bima


Pustaka :
Prof. Dr. R.M. Sutjipto Wirjosuparto
Kakawin Bharata-Yuddha, Bhratara – Jakarta 1968

Bumi Pangarakan, Bogor
Minggu, 07 Januari 2017 – 11:00 WIB
 

Rabu, 04 Januari 2017

“KELEPUS MAUT SI ASAP ROKOK” Karya: Ki Slamet 42

Blog Ki Slamet : Sajak Puisi Ki Slamet 42
Kamis, 05 Januari 2017 - 09:15 WIB

Image "Khairil Anwar" ( Foto:Google)


“KELEPUS MAUT SI ASAP ROKOK”
Karya: Ki Slamet 42

Ketika hujan deras turun tak juga berhenti
Ketika gelegar petir bersambut berkali-kali
Ketika kedua mata tiada mau berpejam lagi
    Ketika rasa emosi menggeliat di dalam hati     

Maka aku pun berekspresi menulis puisi ini
Jemari tanganku pun bergerak menari-nari
Di atas keypad laptop yang barulah aku beli
Sabtu sore di PGC bersama anak dan istri

Aku hisap sebatang rokok mencari inspirasi
Aku hirup secangkir kopi terasa segar sekali
Nikmatnya rasa rokok sambil minumlah kopi
Segala pikir dan rasa tercurah tak terhalangi  

Kelepus asap rokok melayang di depan mata
Seperti berkata beri pesan penuhlah makna
Tentang bahaya rokok yang mengancam jiwa
Tapi aku tiada peduli tak mau mendengarnya

"Mengapakah engkau masih bercengkerama
dengan asap maut rokok itu wahai lelaki tua?
Dan, aku sudah berpesan padamu sejujurnya
Agar jangan merokok lagi berhenti segera !"

Tetapi aku masih tak perduli hatiku berkata,
"Akh kau asap, kau belum mengerti rupanya
 Aku bisalah begini karena ada segumpal rasa
Yang menggeliat usiklah diri untuk dikemuka"

Aku teruskan merokok dan menghisapnya lagi
Sang asap rokok itu masih terus memperingati
"Baik wahai lelaki tua, kau akan rasakan nanti
Nikotinku akan tiba menyerangmu secara keji”

Kp. Pangarakan, Bogor
Kamis, 05 Januari 2017 – 05:40 WIB