Sabtu, 30 Juli 2016

“TERIMAKASIH YA, ALLAH” Karya : Ki Slamet 42

Blog Ki Slamet 42 : Sajak Puisi Ki Slamet 42
Minggu, 31 Juli 2016 - WIB


Image "Ki Slamet 42" ( Foto: SP)
Ki Slamet 42

“TERIMAKASIH YA, ALLAH”
Karya : Ki Slamet 42

Hanyalah kepada-Mu Ya Allah aku menyembah
Lewat segala tingkah laku, amal dan beribadah
Kaulah Penciptaku yang  berikan daku hidayah
Hingga aku kembali bisa  menjalankan perintah
Membakar dosa-dosa  yang masihlah berlimpah
Bersemayam  di jiwaku laksana gunung sampah

Betapa kasih-Mu  tiadalah terhingga Ya, Allah
Kau ingatkan aku  di saat-saat dosaku meruah
Tidur mendengkur berselimutkan alpa marwah
Bergelimang kesenangan harta yang tak berkah
Yang terus saja merambah semakin bertambah
Hingga Engkau sadarkanlah aku lewat hidayah

Hanyalah kepada-Mu Ya Allah aku menyembah
Lewat sholatku lewat segala tingkah beribadah
Jangan Kau cabut hidayah ini dariku Ya, Allah
Daku ingin di dekat-Mu dengan segala marwah
Membaca kalam Mu berdoa zikir dan berserah
Tempatku mengadu dan sirnakan atma gundah

Terimakasih atas segala hidayah-Mu  Ya, Allah
Kau peringatkan aku  di penghujung usia galah
Atas kehendak-Mu aku tiadalah menjadi kalah
Yakni termasuk orang yang merugi banyak salah
Insan yang terus lakukan maksiat  dosa kaprah
Dibelenggu kuat jerat penggoda Iblis Gomorah

Kini aku rasakan damai jiwa yang terus sesorah
Berserah jiwa di dalam hening sujud pada Allah
Bersyukur atas kasih dan rahmat serta hidayah
Allah Maha Pencipta zat yang harus disembah
Bagi alam semesta, mahkluk berakhlak karimah
Aku berdoa semoga tetap dalam hidayah Allah

Bumi Pangarakan, Bogor
Minggu, 31 Juli 2016 – 10:53 WIB

Sabtu, 16 Juli 2016

“KONON CERITA ALAM PUN JADI MURKA” Karya: Ki Slamet 42

Blog Ki Slamet : Sajak Ki Slamet 42
Minggu, 17 Juli 2016 - 12:20 WIB

Image "Terik Mentari" ( Foto: SP)
Terik Sang Mentari

“KONON CERITA ALAM PUN JADI MURKA”
Karya: Ki Slamet 42


Di sepanjang hari  di beberapa pekan minggu ini
Dari pagi,  siang,  sore hingga jelang petang hari
Sinar terik sang Mentari serasa membakar bumi
Cahayanya silaukan mata hingga kernyitkan dahi
Panasnya membuat tubuh rasa nyeri tak terperi
Bagai terpanggang didalam panasnya tungku api

Belantara pun kering kerontang tak lagi berseri
Tanah sawah  pecah berbongkah padi pun mati
Sebab  tak ada air irigasi yang bisa lagi mengaliri
Sungai pun kering,  yang tersisa hanya batu kali
Berhias bermenung diri berkisah dalam prasasti
Tentang alam yang lirih merintih rasa perih hati

Maka terjadilah banjir, longsor, lini gempa bumi
Bala musibah melanda  hampir di seluruh negeri
Deraslah mengalir air mata duka nestapa jiwani
Menggenang di dalam kubangan penyesalan diri
Merasa kecewa berprasangka buruk pada Ilahi
Lalu berkata, “Tuhan kenapa beri musibah ini ?”

Kononlah cerita mengapa semuanya bisa terjadi?
Sebabnya Dewa Surya Dewa Indra Dewi Pertiwi
Hatinya sangat kecewa,  pun teramat  sakit hati
Sebab di bumi  banyak manusia lupa ajaran religi
Berakrablah diri dengan Iblis,  tega berbuat keji
Menjerat,  menipu, korupsi,  perkaya diri sendiri

Tanpa rasa kemanusiaan  membunuh secara keji
Bayi kecil mungil  diberi suntikan  vaksin  imitasi
Wanita diperkosa sesuka hati  lalu dibunuh mati
Merampok, membegal, lakukan teror di sana-sini
Berghibah, menggunjing, memfitnah jadilah hobi
Tak peduli yang penting semua tujuan terpenuhi

Bumi Pangarakan, Bogor
minggu, 17 Juli 2016 – 10:41 WIB


  

Kamis, 14 Juli 2016

MERAJUT KENANGAN Karya : Ki Slamet 42

Blog Ki Slamet : Sajak Puisi Ki Slamet 42
Kamis, 14 Juli 2016 - 14:12 WIB


Merajut Kenangan


“MERAJUT KENANGAN”
Karya : Ki Slamet 42

Pabila masihlah ada kenangan indah kita dulu
Yang  menghias di lembar dasar lubuk hatimu
Aku harap itu jadi lukisan penghias hidupmu
Yang bergantung indah terpampanglah selalu
Lukisan tentang kita dalam bercita-cita satu
Mengarungi samudera menuju mahligai semu

Jika memang masihlah ada kenangan kita itu
Terukir di dalam qalbumu semakin membatu
Dan, karenanya kau merasa sakit tergganggu
Kau tempalah hingga sakit tiada lagi berlagu
Meskipun hatiku ini pedih perih terasa ngilu
Sebab aku masih ingin merajut kenangan itu

Ya, kuingin merajutnya meski cuma anganku
Yang aku pahami itu garis hidupmu dan aku
Yang  jadi romantika  hidupku dan hidupmu
Yang kita lewati di jalan penuh onak berliku
Tiada bisa kita lewati sebab sudah tertentu
Jalan hidup kita adalah tak bisalah bersatu

Meski begitu aku bahagia akan kenanganku
Yang menemani hari-hariku di setiap waktu
Di saat rasa sunyi sepi selimuti atma jiwaku
Di saat duka lara mengais-ngais rasa hatiku
Bahkan di saat rasakan suka dan bahagiaku
Kenangan indah itu selalu setia temani aku

Aku tahu kenangan indah saat bersamamu
Memang tiada bisa kusirnakan dari atmaku
Setiap kali aku coba malah rasa lara jiwaku
Maka aku menyadari kenangan bersamamu
Adalah bahagian tak terpisah dari hidupku
Dan aku harus terus merajut kenangan itu

Bumi Pangarakan, Bogor
Selasa, 14 Juli 2016 – 13:35 WIB