DEWA RUCI |
“KISAH BIMA MENCARI
TIRTA PRAWITA”
( DEWA RUCI ) Karya
: Ki Slamet 42
Terkisahlah cerita, kata yang empunya cerita
Sang Bima Arya Sena, masuk
ke dasar segara
Untuk mencari air hakikat, Sari Tirta
Prawita
Agar jiwa rohaniahnya dan raga jasmaniahnya
Menjadi suci wujudkan sifat Tuhan
Yang Esa
Penuh kasih sayang pemurah, adil dan
lainnya
Namun, ia tak bisa masuk ke dalam
samudera
Karena tubuhnya, ditopang gajah
Setubanda
Sang Bima Arya Sena tiadalah merasa
berada
Di punggung gajah Situbanda yang berupaya
Mencegahnya, agar tiada lanjut cari Prawita
Bima bertekad untuk teruskan
perjalanannya
Maka marahlah, Gajah Setubanda pada
Bima
Tubuh Bima, dilemparkan dari punggungnya
Terbawa ombak,
tenggelam ke dasar segara
Demi melihat kejadian itu keluarga
Pandawa
Semua saudara yang ada di kerajaan
Amarta
Berduka cita, sebab Sang Sena pasti perlaya
Kisah Cerita tentang Sang Bima, Arya Sena
Bertekad cari hakikat, air Tirta Sari
Prawita
Ada di dalam cerita kesenian wayang purwa
Lakon Dewa Ruci karya cipta Sang
Pujangga
Ditulis oleh Wali bijaksana tuk
da’wah agama
Di negeri gemah ripah Nusantara
Jawadwipa
Suatu gambaran, kegigihan seorang manusia
Bernama, Bima Sena yang ingin capai
kepada
Ma’rifatullah, taraf tauhid yang sebenarnya
Segalanya dilakukan cuma untuk ibadah
saja
Pasrah berserah diri pada Dia Sang
Pencipta
Bagai mati dalam hidup“ngelem ing
samodra”
Sesudah terlontar dari punggung
Situbanda
Sang Bima pun tenggelam ke dalam
samudra
Tubuhnya dililit naga liar, yang
gigit pahanya
Maka,
dengan senjata kuku Panca Nakanya
Ia tusuk leher naga itu, hingga
hilang nyawa
Meskipun dirinya turutlah ikut mati perlaya
Menurut ilmu hakikat, malaikat berupa
Naga
Dan Naga itu menolong Sang Arya Bima
Sena
Agar tak berlama-lama, ia mengalami
samsara
Maka,
setelah selesailah pertarungan antara
Sang Bima Arya Sena,
melawan seekor Naga
Keduanya pupus sirna, tak lagi berujud rupa
Dan
seketika itu, nampaklah di dasar
segara
Bima,
Arya Sena berhadapan dengan Dewa
Yang postur tubuhnya lebih kecil dari
dirinya
Sedangkan wujud rupa, sama tiada berbeda
Dialah Sang Dewa Kerdil, Dewa Ruci
namanya
Meski bertubuh kecil, bisa lahap
jagad seisinya
Ketika Dewa Ruci, mempersilahkan Bima Sena
Agar masuk ke dalam tubuhnya melalui
telinga
Timbullah keraguan, hati Bima bertanya-tanya:
“Apa bisa badanku masuk ke dalam
tubuhnya?”
Dewa Ruci tahu keheranan keraguan
hati Bima
Maka Sang Dewa Kerdil, Dewa Ruci,
berkata:
“Wahai Bima,
jagad raya dengan segala isinya,
Bisa masuk ke dalam ragaku, apalagi kau, Sena!”
Maka masuklah Bima tanpa ragu melalui
telinga
Ke
dalam tubuh kerdil Dewa Ruci serupa Bima
Di
dalam tubuh bajang Dewa
Ruci, Arya Sena
Rasakan ketenangan batin, jiwa
nan sempurna
Jika dianalisa cerita di atas
mengandung makna
Roh seseorang, meski sudah keluar
dari raganya
Tetapi, masih memiliki akal, budi,
atma dan rasa
Roh orang tersebut, telah diridhai Tuhan
Esa
Untuk merasa segala kenikmatan hidup
di sorga
Dalam keabadian yang kekal, tiada ada
akhirnya
Hal tersebut sebagaimana firman Allah
Ta’ala:
“Balasan untuk
mereka di sisi Tuhannya, berupa
Sorga tempat
ketetapan, mengalir di dalamnya
Sungai-sungai
jernih di bawah pohon-pohonnya
Yang mereka pun
akan kekal abadi di dalamnya
Allah ridha pada hamba yang taat kepada-Nya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar