Minggu, 12 Juli 2015

KISAH BIMA MENCARI AIR TIRTA PRAWITA SARI BY KI SLAMET 42

DEWA RUCI
 
“KISAH BIMA MENCARI TIRTA PRAWITA”
( DEWA RUCI ) Karya : Ki Slamet 42

Terkisahlah cerita,  kata yang empunya cerita
Sang Bima Arya Sena,  masuk  ke dasar segara
Untuk mencari air hakikat, Sari Tirta Prawita
Agar jiwa rohaniahnya dan raga jasmaniahnya
Menjadi suci wujudkan sifat Tuhan Yang Esa
Penuh kasih sayang pemurah, adil dan lainnya

Namun, ia tak bisa masuk ke dalam samudera
Karena tubuhnya, ditopang gajah Setubanda
Sang Bima Arya Sena tiadalah merasa berada
Di punggung gajah Situbanda  yang berupaya
Mencegahnya,  agar tiada lanjut cari Prawita
Bima bertekad untuk teruskan perjalanannya

Maka marahlah, Gajah Setubanda pada Bima
Tubuh Bima,  dilemparkan dari punggungnya
Terbawa  ombak,  tenggelam  ke dasar segara
Demi melihat kejadian itu keluarga Pandawa
Semua saudara yang ada di kerajaan Amarta
Berduka cita, sebab  Sang Sena pasti perlaya

Kisah Cerita  tentang Sang Bima,  Arya Sena
Bertekad cari hakikat, air Tirta Sari Prawita
Ada di dalam cerita  kesenian wayang purwa
Lakon Dewa Ruci karya cipta Sang Pujangga
Ditulis oleh Wali bijaksana tuk da’wah agama
Di negeri gemah ripah Nusantara Jawadwipa

Suatu gambaran,  kegigihan seorang manusia
Bernama, Bima Sena yang ingin capai kepada
Ma’rifatullah,  taraf tauhid yang sebenarnya
Segalanya dilakukan cuma untuk ibadah saja
Pasrah berserah diri pada Dia Sang Pencipta
Bagai mati dalam hidup“ngelem ing samodra”

Sesudah terlontar dari punggung Situbanda
Sang Bima pun tenggelam ke dalam samudra
Tubuhnya dililit naga liar, yang gigit pahanya
Maka,  dengan senjata kuku Panca Nakanya
Ia tusuk leher naga itu, hingga hilang nyawa
Meskipun dirinya  turutlah ikut mati perlaya

Menurut ilmu hakikat, malaikat berupa Naga
Dan Naga itu menolong Sang Arya Bima Sena
Agar tak berlama-lama, ia mengalami samsara
Maka,  setelah selesailah pertarungan antara
Sang Bima  Arya Sena,  melawan seekor Naga
Keduanya pupus sirna,  tak lagi berujud rupa

Dan  seketika itu, nampaklah  di dasar segara
Bima,  Arya Sena  berhadapan  dengan Dewa
Yang postur tubuhnya lebih kecil dari dirinya
Sedangkan wujud rupa,  sama tiada berbeda
 Dialah Sang Dewa Kerdil, Dewa Ruci namanya
Meski bertubuh kecil, bisa lahap jagad seisinya

Ketika Dewa Ruci,  mempersilahkan Bima Sena
Agar masuk ke dalam tubuhnya melalui telinga
Timbullah keraguan, hati Bima  bertanya-tanya:
“Apa bisa badanku masuk ke dalam tubuhnya?”
Dewa Ruci tahu keheranan keraguan hati Bima
Maka Sang Dewa Kerdil,  Dewa Ruci,  berkata:

“Wahai  Bima,  jagad raya  dengan  segala isinya,
 Bisa masuk ke dalam ragaku, apalagi kau, Sena!”
Maka masuklah Bima tanpa ragu melalui telinga
Ke  dalam tubuh kerdil Dewa Ruci serupa Bima
Di  dalam tubuh bajang  Dewa Ruci,  Arya Sena
Rasakan ketenangan batin,  jiwa  nan sempurna

Jika dianalisa cerita di atas mengandung makna
Roh seseorang, meski sudah keluar dari raganya
Tetapi, masih memiliki akal, budi, atma dan rasa
Roh orang tersebut,  telah diridhai  Tuhan  Esa
Untuk merasa segala kenikmatan hidup di sorga
Dalam keabadian yang kekal, tiada ada akhirnya

Hal tersebut sebagaimana  firman  Allah Ta’ala:
“Balasan untuk mereka di sisi Tuhannya, berupa
Sorga tempat ketetapan,  mengalir di dalamnya
Sungai-sungai jernih di bawah pohon-pohonnya
Yang mereka pun akan kekal abadi di dalamnya
Allah ridha  pada hamba yang taat kepada-Nya

                           (Al-Quran, S. Al-Bayyinah: 8)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar