“HATI GERING KERING KERONTANG”
Karya
: Ki Slamet 42
Hingga
pukul dua belas, tengah malam begini
Aku
masih jua belum bisa, pejamkan mata ini
Maka, kuambil gitar di dalam bilik kamar sepi
Aku
nyanyikan kidung sunyi, jemariku menari
Petik
temali gitar lantunkan tembang memori
Lagu-lagu
asmara saat masih saling mencintai
Suara
gitar bersenandung kidung nan kelam
Mendayu-dayu dibawa hembus angin malam
Menerpa
tubuhku, terasa dingin mencekam
Ingatkan
aku, pada peristiwa di masa silam
Waktu
kita bernyanyi duet berdua merekam
Lagu-lagu
cinta kita yang tiada bisa diredam
Nun
di langit sana, cerah terang benderang
Wajah Sang Puteri Dewi Malam mengayang
Ditemani dayang-dayang, lintang-kemintang
Sinarilah
hati Pertiwi yang sedang meradang
Duka
lara, sakit hati, perih, terasa sumelang
Sebab
bumi, menjadi makin kering kerontang
Bukit berwarna merah hanya gunduk tanah
Tak
ada lagi ditumbuhi pohon-pohon
galah
Yang
dulu jejer berderet-deret limpah ruah
Gunung
pun letuskan magma seperti marah
Sebab
masyarakat sekitar lupalah adat polah
Budaya
jaga, lingkungan alam tumpah darah
Hingga
menjelang pagi, mata tak mau kantuk
Kepalaku
terantuk, hati rasa tertusuk-tusuk
Bibir
bergetar bersumpah serapah mengutuk
Mengapa
nasibku bisa menjadi begini buruk ?
Bagaikan
bangkai, yang sebarkan bau busuk
Semua
pergi menjauh, seraya berkasak-kusuk
Dalam
kesendirian, pikirku gamang melayang
Tak
mampu lagi untuk berpikir secara tenang
Jari
jemariku pun tak bisa lagi tari bergoyang
Cuma
bisa petik gitar mainkan nada sumbang
Seperti
kolam, yang tiada ikan mau berenang
Bagai
hati gering, yang kian kering kerontang
Bumi Pangaraan, Bogor
Selasa, 14 Juli 2015 - WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar