Kamis, 30 Juni 2016

“SEANDAINYA KAMU” Karya: Ki Slamet 42

Blog Ki Slmet : Sajak Puisi Ki Slamet 42
Jumat, 01 Juli 2016 - 11:05 WIB

Image "Lutfiah Bastiani" ( Foto: SP )
Seandainya Kau Lulu

“SEANDAINYA KAMU”
Karya: Ki Slamet 42

Seandainya aku jadi kau maka kau adalah aku
Yang selalulah bersatu di dalam kata dan laku
Seandainya kau adalah aku maka kau dan aku
Selalulah bersatu kata selalulah bersatu padu
Dan, segala tingkah selalu acu pada yang Satu
Dia, Dia, Dia, Dia, Allah Sang Maha Penentu

Tetapi, adanya keberadaanmu bukan untukku
Dan adanya keberadaanku bukanlah untukmu
Sehingga akupun tiadalah bisa membimbingmu
Dan engkaupun begitu tiada bisa mentolelirku
Keberadaanmu, tetaplah menjadi identitasmu
Dan keberadaanku pun adalah jua identitasku

Kita memang tak ditakdirkan untuklah bersatu
Sebagaimana keinginan, dan cita-cita kita dulu
Pagar pemisah itu begitu kokoh bagaikan tugu
Hingga kita tiada bisa saling bergenggam rindu
Dan,  kita hanya bisa saling tatap bayang semu
Yang kemudian hilang sembunyi di dalam kalbu

Seandainya kala dahulu kita jadi berpadu satu
Tentu kita tiada akan dipermainkan rasa rindu
Yang mengoyak-ngoyak tirai hati nan membiru
Hingga rubah warna jiwa menjadi merah dadu
Dan kita pun saling kepak sayap putih berbulu
Terbanglah tinggi ke akaca nan berwarna biru

Sampailah kini hati ini jadilah berwarna kelabu
Selam terendam di dalam air kolam perigi rindu
Tiada satu mampu melipur lara hati nan sendu
Meskipun beraneka warna-warni bunga merayu
Wanginya seharum sutera dewangga alam semu
Tapi tak bisa lenyapkan kata, seandainya kamu
    
Bumi Pangarakan, Bogor
jumat, 01 Juli 2016 – 11:03 WIB
 

Sabtu, 25 Juni 2016

MENJAWIL KISAH QABIL DAN HABIL Karya : Sita Rose

Blog Ki Slamet : Sajak Puisi Ki Slamet 42
Minggu, 26 Juni 2016 - 00:09 - WIB

Image "Kisah Qabil dan Habil (Foto: Bahrun Rahimsyah)
Kisah Qabil dan Habil

“MENJAWIL KISAH QABIL DAN HABIL”
Karya : Sita Rose

Alkisah Hawa isteri Adam lahirkan Qabil dan Iqlima
Qabil berwajah tampan, perkasa, gagah  mempesona
Iqlima berparas rupawan, menarik, dan cantik jelita
Merekalah  anak kembar pertama  Adam dan Hawa
Yang diasuh  dan dibesarkan dengan sepenuh cinta

Di tahun berikutnya lahirkan lagi Habil dan Labuda
Habil tak setampan Qabil tapi lebih baik perilakunya
Labuda tiada secantik Iqlima tapi ramah tutur sapa
Merekalah anak kembaran  kedua  Adam dan Hawa
Yang diasuh  dan dibesarkan dengan sepenuh cinta

Dari kedua pasang anak kembar ini berbiak manusia
Jadi berjenis-jenis suku berbermacam-macam bangsa
Dengan berbagai rupa warna kulit  dan karakternya
Yang timbulkan beragam bahagia  dan duka nestapa
Sebab bermanja-manja bertemali kasih nafsu angkara

Awal cerita kriminal tentang laku kejamnya manusia
Ketika Nabi Adam  mendapat petunjuk Allah Ta’ala
Kawinkan anak-anaknya yang telah beranjak dewasa
Qabil dengan Labuda  adapun  Habil dengan Iqlima
Itu syariat Allah kepada Adam agar melaksakannya

Adam pun segera laksanakan petunjuk Allah Ta’ala
Kawinkan Qabil dengan Labuda,  Qabil menolaknya
Karena Qabil sudah terlanjur suka dan cinta Iqlima
Sedankan Habil dan Iqlima patuh dan menurut saja
Sebab menyadari itu sudah ketentuan syariat agama

Demi melihat Qabil tetaplah menolak keputusannya
Adam perintahkan  Qabil dan Habil  agar keduanya
Memberi persembahan qurban kepada  Allah Ta’ala
Agar mereka tahu sendiri bahwa perlakuan ayahnya
Semata-mata itu atas dasar ketentuan syariat agama

Dengan  disaksikan keluarga  dan  putera-puterinya
Qabil, Habil pun masing-masing serahkan qurbannya
Mereka letakkan qurban di atas bukit Arafah sana
Qabil qurbankan sedikit gandum hasil pertaniannya
Habil  qurbankan kambing yang sangat  disayangnya

Setelah mereka letakkan qurban di atas bukit sana
Merekapun cepat kembali ke tempat tinggal semula
Dari jauh mereka sekeluarga saksikan secara nyata
Qurban gandum sembahan Qabil tetap utuh adanya
Qurban kambing Habil lenyap tersambar api dahana

Saksikan sendiri qurban sembahannya tak diterima
Remuk redamlah  hati Qabil,  dia demikian kecewa
Dia terpakasa menerima keputusan kawini Labuda
Sedang Habil  yang sembahan  qurbannya  diterima
Dia bersyukur ikhlas terima ketentuan Allah Ta’ala

Ketika hati dirudung duka dan kecewa tiada tara
Maka datang sang Iblis durjana penggoda manusia
Bisikkan ke telinga Qabil bujukkan suatu rencana
Agar adik kandungnya sendiri  Habil dibunuh saja
Agar tiada ada lagi penghalang untuk miliki Iqlima

Qabil terjerat jua bisikan dan bujukan Iblis durjana
Saat Habil gembalakan ternaknya  di tepi belantara
Tempat sepi jauh dari pemukiman Adam dan Hawa
Qabil keras pukul kepala Habil dengan kayu hingga
Adik kandungnya itu tewas seketika  temui ajalnya

Inilah peristiwa kriminal pertama atas umat manusia
Sebab nafsu tamak, iri, dengki,  tega bunuh sesama
Tak peduli meski adik kandung sendiri tak mengapa
Dia tiada bisa mengekang rasa ego yang menggelora
Terjerumus di lembah nista,  terbujuk Iblis durjana

Begitulah Qabil  yang sudah dirasuk  nafsu angkara
Dia tak bisa mengekang  segala ajakan berbuat dosa
Melihat adiknya tewas timbul rasa takut tak terkira
Ia berlari kesana kemari tak tahu mesti berbuat apa  
Tiada berani kembali pulang  menemui orang tuanya

Qabil kembara entah kemana hutan rimba belantara
Lembah, ngarai, sungai,  ombak samudra  dilaluinya
Konon cerita Qabil  jadi  penghamba Iblis penggoda
Ajak  bujuk manusia lakukan maksiat berbuat dosa
Bersumpah tiada mau henti sampai hari kiamat tiba

Melihat kenyataan ini betapa duka Adam dan Hawa
Dia pasrah dan berserah diri pada  Tuhan Pencipta
Anggap semua kejadian itu takdir dari Allah semata
Dan mesti diterima dengan kesabaran rasa dan atma
Adam Hawa berdoa pada Allah mohon ampunanNya

Referensi:
Bahrun Rahimsyah
Memetik Hikmah Dari Kisah Teladan
25 Nabi & Rasul-Lintas Media-Jombang

Bumi Pangarakan, Bogor
Sabtu, 25 Juni 2016 – 23:25 WIB
 

Jumat, 24 Juni 2016

HIDAYAH TUHAN DI MALAM RAMADHAN Karya : Ki Slamet 42

Blog Ki Slamet : Sajak Puisi Ki Slamet 42
Sabtu, 25 Juni 2016 - 11:24 WIB

Image "Ki Slamet 42" ( Foto: SP )
Ki Slamet 42

“HIDAYAH TUHAN DI MALAM RAMADHAN”
Karya : Ki Slamet 42

Mereguk seteguk kopi hitam  di larut malam
Menghisap sebatang rokok mata tatap tajam
Ke langit akaca rasa malam dingin mencekam
Sebersit cahaya  melintas di mata ucap salam
Selamat malam jiwa nan rapuh dirasuk kelam

Atma pun menguak lembaran kisah nan hitam
Yang hingga sekarang masihlah mencengkeram
Yang sering kali muncul tiadalah bisa diredam
Yang terus menggelayut jiwa  mengukir kalam
Berkisahlah panjang mengisi halam demi halam

Aku reguk lagi kopi di atas meja bambu anyam
Terasa menghangatkan dinginnya cuaca malam
Sementara serangga malam nyanyi kidung alam
Kelelawar hitam terbang sebat di pohon salam
Jambu kelutuk merah dibawa terbang digayam

Kuhisap lagi rokok di jemari  hatiku bergumam
Mestikah hari-hari  kulalui tanpa selesai hatam
Terus terbelenggu dalam  kenangan masa silam
Yang tiada pernah mau keluar terus berendam
Menggeliat kuat-kuat di  dalam jiwa nan kelam

Namun kurasakan Tangan Tuhan menggenggam
Mata Tuhan  menatap ke arahku  merah padam
Kalam Tuhan  menyentuh jiwaku nan mendalam
Hingga gemetarkan ragaku di malam mencekam
Serasa ada Hidayah Tuhan di Ramadhan malam

Bumi Pangarakan, Bogor
Sabtu, 25 Juni 2016 – 10:55 WIB