Jumat, 30 September 2016

“MAKA AKU TULIS PUISI INI” Karya : Ki Slamet 42

Blog Ki Slamet : Sajak Puisi Ki Slamet 42
Sabtu, 01 Oktober 2016 - 08:17 WIB

Image "Ki Slamet 42" ( Foto: SP )
Ki Slamet 42 di kaki Gunung Lawu

“MAKA AKU TULIS PUISI INI”
Karya : Ki Slamet 42

Atmaku kembara melanglang ke alam imajinasi
Kembang layar bahtera arungi samudera puisi
Terbang jauh ke langit biru yang tiada bertepi
Mendaki bukit kerontang  yang  nampak sunyi
Gambaran masa lalu  tentang kisah cerita diri

Laksana berjalan di atas awan berkapas putih
Serasa kaki berpijak di lambaran selimut pipih
Melayang di awang-awang imajinasi tak teraih
Lari semakin jauh sembunyi di balik rasa kasih
Yang tak pernah berlabuh di hati nan tersisih

Lara cinta aduhai rasakan betapalah pedihnya
Serasa petaka menimpa jagad maniloka di jiwa
Padahal ‘lah lama berlalu tigapuluh dasawarsa
Lukisan cinta itu masih terpampang bercerita
Tentang kisah kasih kita tembang asmaradana

Cerahnya cahaya Mentari  Sang Surya Betara
Menyengat menembusi selimut jiwani nan lara
Menguak hingga pancar membahana api cinta
Kembalikanlah memori kenangan  dahulu kala
Masa-masa  di saat bersamamu dalam bahagia

Maka kutulislah puisi ini sebagai curahan rasa
Yang masihlah saja meronta-ronta menggelora
Mengendap baqa di relung jiwa tak mau sirna
Terus saja mengusik mencabik rasa rana duka
Namun meskilah begitu aku suka menjalaninya

Bumi Pangarakan, Bogor
Sabtu, 1 Oktober 2016 – 07:35 WIB

Sabtu, 24 September 2016

MANTERA PETIR SANG PENYIHIR Karya : Ki Slamet 42

Blog Ki Slamet : Sajak Puisi Ki Slamet 42
Minggu, 25 September 2016 - 06:11 WIB

Image "Hantu Kelewar" ( Foto: SP )
"Kelelawar Hantu"

“MANTERA PETIR SANG PENYIHIR”
Karya : Ki Slamet 42

Sejak sore tadi  hingga  menjelang petang ini
Hujan masihlah mengguyur Pangarakan bumi
Bahkan semakin menderas tak mau berhenti
Hembus angin dingin gigit kulit bertubi-tubi

Sementara di langit akaca sana kelebat petir
Gelegar halilintar  seperti  menyapaku nyinyir
Berwajah ngegirisi tembang mantera penyihir
Maka aku tengadahkan kepala lalu berdzikir

Saat malam tiba datang menjelang di awang
Ketika  pekat gulita kegelapan menerawang
Selimuti bumi pertiwi lewat rembang petang
Dari puncak bukit berkumandang tembang:

“Kowe menungso sing ora gelem neng omahku
Tak gawe ciloko kabeh  tak sirnoke nyawamu
Ora ono wong  sing iso nambani sihir petirku
Yen ora aku dewe iki sing nambani cilokomu!”

Tembang kidung magis  terus berkumandang
Mengalun parau  di malam tak berkemintang
Burung emprit hitam beri isyarat lewat layang
Di sepanjang malam hinggalah pagi menjelang

Aku berzikir bermunajat kepada  Sang Maha
Allah...Allah...Allah Al-Khaliq Sang Pencipta
Kuasalah jadikan hancurkan isi alam semesta
Pun, bagi seluruh makhluk-Nya yang durhaka

Burung emprit di atas bukit tak bersuara lagi
Mantera Petir Sang Penyihir itupun berhenti
Secerah, seputih cahaya Mentari di pagi hari
Alampun nampak berseri serasa damai di hati

Bumi Pangarakan, Bogor
Minggu, 25 September 2016 – 04:04 WIB 

Sabtu, 17 September 2016

“YA ALLAH, KUKUHKAN PERTALIAN KAMI” KARYA : Ki Slamet 42

Blog Ki Slamet : Sajak Puisi Ki Slamet 42
Sabtu, 17 September 2016 - 13:30 WIB

Image "Ikatan Pertalian SMAN 42" ( fOTO: sp )
Kuatnya Ikatan Pertalian Persatuan Guru SMAN 42


“YA ALLAH, KUKUHKAN PERTALIAN KAMI”
KARYA : Ki Slamet 42

Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui
Bahwa  kami semua dapat berkumpul di tempat ini
‘Tuk mencurah mahabbah hanya kepada-Mu Rabbi
Bersatu dalam rangka jalani perintahMu nan hakiki
Yang mengacu pada syariat hakekat makrifat religi

Maka, kami munajat padaMu dengan sepenuh hati
Kuatkanlah selalu, ikatan pertalian di antara kami
Berikanlah sedikit saja sifat kasihMu kepada kami
Agar kami miliki rasa kasih pula pada sesama insani
Pada keluarga, putera-puteri, dan anak didik kami

Ya Allah, luruskan dan terangilah selalu jalan kami
Berikan cahayaMu agar bisa terangi atma dan hati
Mampu terangi putera-puteri dan siswa-siswi kami
Sebab kami adalah hamba yang masih buta dan tuli
Tak bisa berbuat apa-apa tanpa seizinMu ya Rabbi

Ya Allah, Engkau Zat tertinggi, Maha Melindungi
Jagalah kami dengan hidayahMu nan abadi lestari
Hidupkan,  matikan kami dalam  jalanMu nan suci
Karena sesungguhnya, Engkaulah Pelindung sejati
Sebaik-baik Penolong  di seluruh  semesta alam ini

“Rabbana aatinaa fiddunyaa hasanah
wafil aakhiroti hasanah waqinaa ‘adzaa bannaar. 
Subhanaana robbika robbil ‘izzati ‘ammaa yashifuun
wasalaamu ‘alalmursaliin walhamdullahirobbil’aalamiin
Amien...amien...amien... ya, robbal ’aalamien

Wabilahi taufiq walhidayah wasalaamu’alaikum wr.wb!

Bumi Pangarakan, Bogor
sabtuu, 17 September 2016 – 11:25 WIB

 

Rabu, 14 September 2016

“KISAH SEJARAH SEPULUH DZULHIJAH” Karya : Ki Slamet 42

Blog Ki Slamet : Sajak Puisi Ki Slamet 42
Kamis, 15 September 2016 - 10:52 WIB

Image "Berhaji" ( Foto: SP )
Umat Islah Melaksanakan Ibadah Haji

“KISAH SEJARAH SEPULUH DZULHIJAH”
Karya : Ki Slamet 42

Ketika Nabi Ibrahim dicekan rindu keluarganya
Kepada anak dan istri yang lama ditinggalkannya
Di daerah  kering nan tandus  panas pula cuaca
Mereka  Ismail  dan siti Hajar  yang begitu setia
Menanti Nabi Ibrahim dalam  rasa lapar dahaga

Berangkatlah Ibrahim ke Mekah dengan segera
Tuk temui anak istrinya di padang Arafah sana
Yang sedang kerja keras gembalakan ternaknya
Nabi Ibrahim rasakan haru bahagia tak terkira
Karena keluarganya nyata hidup cukup adanya

Nabi Ibrahim bersyukur kepada  Allah wata’ala
Mekah Arafah jadi tanah nan subur bercahaya
Mereka bertiga pun  nampak hidup berbahagia
Hidup berkecukupan tak lah kurang suatu apa
Rasakan berkah Allah  hidup rukun  sejahtera 

Suatu ketika Nabi Ibrahim tertidur sementara
Dalam tidurnya, datang wahyu lewat mimpinya
Bahwa ia diperintah Allah sembelih puteranya
Ismail putera yang teramat paling disayanginya
Sebagai  bukti  Ibrahim patuh pada Tuhannya

Jantung Ibrahim  berdebar keras saat terjaga
Mendapat  perintah  untuk korbankan  nyawa
Ismail, puteranya yang begitu amat dicintainya
Cobaan ini begitu amat beratlah dirasakannya
Namun apalah dikata  Tuhan menghendakinya

Betapalah berat cobaan dan ujian yang diterima
Meskipun ismail adalah putera yang didambanya
Yang teramatlah dikasihi, disayangi, dan dicinta
Dan ia diperintah Tuhan harus menyembelihnya
Dengan hati ragu Ibrahim pun sapa puteranya :

“Duhai Ismail,  aku diperintah Allah, Tuhan kita
Agar supaya aku menyembelihmu dengan segera
Sebagai bukti nyata akan kepatuhanku padaNya
Bagaimanakah menurutmu, ya ananda tercinta?”
Jawaban Ismail membuat Nabi Ibrahim bangga :

“Ayah, jika itu memang perintah Allah Tuhan kita,
Maka lakukanlah, aku ikhlas tabah menerimanya
Karena perintah Allah itu,  pasti ada hikmahnya
Jadi cobaan dan ujian  bagi keimanan hambanya
Ayah, lakukan perintah Allah itu sekarang juga!”

Betapalah berat cobaan dan ujian yang diterima
Meskipun ismail adalah putera yang didambanya
Yang teramatlah dikasihi, disayangi, dan dicinta
Meski pula Iblis menghalang, rintang menggoda
Ibrahim tetap teguh jalani perintah Allah Ta’ala

Ibrahim membawa Ismail ke atas bukit  Di Mina  
Tempat dimana untuk sembelih Ibrahim putera
Dengan kain putih  Ismail dikuruplah  wajahnya
Sementara itu sang Iblis masih upaya menggoda
Agar urunglah niat Ibrahim tetapi tiadalah bisa

Saat pedang mulai sentuh leher Ibrahim putera
Ketika itu pula,  atas perintah  Tuhan pencipta
Jibril ganti tubuh Ismail Dengan seekor domba
Yang mempesona sehat dan gemuklah tubuhnya
Pengganti pengorbanan Ibrahim atas puteranya

Peristiwa itu terjadi pada 10 Dzulhijah di Mina
Oleh umat Islam di  berbagailah peloksok dunia
Dan pun bagi pelaksana haji rukun Islam kelima
Menghormati serta maknai terjadinya peristiwa
Sebagai Hari Raya Qur’ban umat Islam di dunia

Bumi Pangarakan, Bogor
Minggu, 15 September 2016 – 09:51 WIB