Jumat, 31 Juli 2015

KEINDAHAN MASJID BESAR QAIRUAN Karya Ki Slamet 42

 
Imge "Masjid Qairuan" ( Foto: Google )
Masjid Qairuan

“KEINDAHAN MASJID BESAR QAIRUAN”
Karya Ki Slamet 42

Alkisah Tercatat di dalam sejarah, ketika Afrika Utara
Gapai puncak kemasyhuran, kejayaan dan kebesarannya
Di bawah kibaran panji-panji Islam saat berkuasa di sana
Terlebih lagi di bawah pemerintahan dinasti Al-Aghaliba
Yang memerintah,  penuh berkuasa, satu abad  lamanya
Dari tahun 800 Masehi, hingga 900 Masehi lama berjaya

Dibangun kota Marakesy, Fes, Qairuan penuh keindahan
Diperbarui juga kota-kota lama, Tunisia, Algiers, Tlemsan
Kebudayaan, dan Kesenian Islam, alami banyak kemajuan
Seperti terdapat di Bagdad, Mesir dan Andalusia, bahkan
Darilah sekian banyak,  didirikannya arsitektur bangunan
Pembangunan Masjidlah, yang paling sangat diutamakan

Di tahun lima puluh lima Hijriah dibangun Masjid Qairuan
Masjid  terbesar oleh,  Uqbah bin Nafi’ seorang pahlawan
Pejuang Islam  yang gigih, tanpa pamrih,  sebarkan ajaran
Masjid Qairuan terus alami pemugaran dan pembaharuan
Tahun 205 Hijriah 860 Masehi terakhirlah disempurnakan
Yang menuntut  teknik tinggi,  kreativitas  seni keindahan

Masjid Qairuan ini miliki sebuah kubah berbentuk rendah
Besar,  merekah seperti menekan  menuju  ke arah  bawah
Bagai layaknya ciri masjid-masjid Afrika Utara berkubbah
Menara azan  bertingkat tiga,  mengerucut beruas  galah
Bertiang batu pualam, dinding dihiasi kaligrafi nan indah
Eloklah dipandang, tidalah bosan mata bertatap tumpah

Bumi Pangarakan, Bogor
Jumat, 31 Juli 2015 – 21:18 WIB

Sabtu, 25 Juli 2015

ANALISAKU LAKON PETRUK DADI RATU Karya: Ki Slamet 42


“ANALISAKU LAKON PETRUK DADI RATU”
Karya : Ki Slamet 42

Tercerita dalam kisah wayang carang lakon Mustakaweni
Ketika terjadi, tarung perebutkan Jimat Kalimasada suci
Antara Bambang Priambada melawan Mustakaweni Dewi
Keduanya saling muslihat, setara digjaya, sama-sama sakti

Satu ketika Bambang Priambada dapat rebut Kalimasada
Maka agar Jimat Pusaka selamat, diberikan pada Dawala
Petruk putra Betara Imaya Sang Hyang Semar Badranaya
Agar dijaga,  jangan sampai lepas, direbut musuh durjana

Petruk Dawala pun cepatlah pergi, tinggalkan medan laga
Simpan, miliki pusaka prabawa, aji sakti Jimat Kalimasada
Dengan miliki pusaka itu Petruk Dawala inginlah jadi Raja
Betara Guru,  Betara Narada, cemas keselamatan Dawala

Maka mereka pun, membantu Petruk menjaga Kalimasada
Dan, menyuruh Petruk agar merebut negeri Sanyowibawa
Berkat pertolongan dari Betara Guru dan Betara Narada
Berbekal Pusaka, Jimat Kalimasada, Petruk pun jadi Raja

Maka,  jadi terkenal dan masyhurlah, Negeri Sanyowibawa
Diperintah, Sang Prabu Belgeduwelbeh Tongtongset Raja
Yang tak lain gelar Petruk Dawala putra Semar Badranaya
Tapi, Raja Dwarawati, Astina dan Amartapura tiada suka

Maka, mereka semua pun sepakat,  binasakan Dawala raja
Namun, tiada satu pun dari mereka mampu membunuhnya
Sri Kresna, minta tolong Semar dan Gareng kakak Dawala
Agar bisa kalahkan Raja Belgeduwelbeh yang sakti digjaya

Singkat cerita, Petruk Dawala raja pun bisalah dikalahkan
Lalu,  Betara Guru dan Betara Narada  menginformasikan 
Bahwa yang ‘lah Raja Belgeduwelbeh Tongtongset lakukan
Dalam pengawasannya sebab, Kalimasada mesti diamankan 

Lakon Petruk Dadi Ratu,  adalah semata cerita karangan
Bukan termasuk dalam buku Pakem Ringgit Purwa, bukan
Yang Sengaja dibuat hanya untuk da’wah, sebarkan ajaran
Tentang Syariat, Tharikat, Hakikat,  Ma’rifat dalam Islam 

Apabila  dianalisa secara religi Islami,  cerita ini gambaran
Bahwa sehina dan semiskin apapun seorang hamba Tuhan
Jika teguh dan kuat di dalam memegang aqidah keyakinan
Maka akan diangkat derajatnya dan akan dapat kemuliaan

Hal demikian itu, sebagaimana tertera di dalam Al-Quran:
“Wahai manusia,  sesungguhnya  Aku ( Allah ) ciptakan
Engkau atas laki-laki dan perempuan dan Aku jadikan
Bersuku-suku, berbangsa-bangsa agar saling berhubungan
Saling kenal mengenal. Sesungguhnya yang lebih mulia
Di antara kamu adalah yang lebih beriman dan bertaqwa.”
( Surat Alhujaraat: 13 )

Bumi Pangarakan, Bogor
Sabtu, 25 Juli 2015 - 17:50 WIB

Kamis, 23 Juli 2015

“NUANSA ISLAMI DALAM LAKON MUSTAKAWENI” Karya : Ki Slamet 42

Mustokoweni
“NUANSA ISLAMI DALAM LAKON MUSTAKAWENI”
Karya : Ki Slamet 42

Terteralah di dalam cerita wayang, Mustokoweni
Keluarga Pandawa,  berkenan  membangun  candi
Bangunan suci,  untuk sesembahan  puja dan puji
Bagi nenek moyang mereka yang keramat dan suci
Maka berdirilah dengan megah Candi Sapta Arga
Tempat kuburnya para leluhur keluarga Pandawa
Yang setiap waktu tiadalah lupa dipuji dan dipuja
Agar mendapat restu, dalam memerintah Amarta

Oleh karena terlalu sibuk bangun candi pemujaan
Terbelenggu oleh kuatnya jerat,  tali kemusyrikan
Sehingga lupa dan lengahlah pada pusaka ageman
Jimat Kalimasada, yang telah lama  jadi pegangan
Maka pusaka Jimat Kalimasada pun hilang lenyap
Dicuri oleh Mustokoweni,  dengan gerakan sigap
Maka segala kekuatan kesaktian Yudhistira lelap
Jadi lemah tak bermarwah berwarna hitam gelap

Jikalah dikaji, dicerna, dianalisa dari sudut religi
Yang dilambari, berdasar referensi aqidah Islami
Cerita wayang,  tentang  “Lakon Mustoweni” ini
Hanya karangan bukan pakem wayang purwa asli
Dibuat hanya sebagai gambaran atau perlambang
Tentang sikap dan perilaku manusia yang gamang
Pada ajaran dan aqidahnya yang mudahlah hilang
Dicuri kekufuran,  Syirik,  imingan bayang-bayang

Hal ini,  sebagaimana pendapat  pengamat budaya
Pimpinan  Museum Paheman Radya Pustaka, Sala
Tumenggung Dipaningrat, beliau berkata  bahwa :
“Lakon Mustakaweni adalah asli buatan Pujangga
Islam Demak Bintara, yang sengaja dikarang cipta
Sebagai peringatan bagi umat Islam, bahwa pabila
Mereka  terus memuja  moyangnya  di Sapta Arga
Lakukan Syirik, maka kesaktiannya akanlah sirna.”

Sudah tentu tiada aneh,  jika lakon Mustokoweni
Berisi ajaran Islam yang tiada boleh syirik puja-puji
Bersekutu kepada selain Allah, Tuhan Ilahi Rabbi
Sebagaimana Allah berfirman di dalam Kitab Suci:
“Dan, sembahlah Allah, dan janganlah menyerikati
Dengan  sesuatu  apapun.”  (  S.  An – Nisaa’ : 36 )
“Sesungguhnya,  Allah  tidaklah  akan mengampuni
Orang-orang yang menyekutukanNya, mengampuni
Selain itu kepada orang-orang  yang dikehendaki.”
( S. An – Nisaa’ : 48, 116 )

Bumi Pangarakan, Bogor
Kamis, 23 Juli 2015 – 14:55 WIB

Rabu, 22 Juli 2015

“ANALISA ISLAMI LAKON JIMAT KALIMASADA” Karya : Ki Slamet 42

Image "Pandawa Lima" ( Foto: Google )
Pandawa Lima

“ANALISA ISLAMI LAKON JIMAT KALIMASADA”
Karya : Ki Slamet 42

Ada cerita tentang senjata pusaka,  Jimat Kalimasada
Yang kesaktian dan keampuhannya sungguh tiada tara
Dimiliki oleh putra pertama Pandawa lima,  Yudhistira
Raja berwatak penyabar bergelar Prabu Darmakusuma

Jimat Kalimasada merupakan pusaka warisan keluarga
Diperoleh secara temurun dari moyang Pandawa Lima
Begawan Parasara,  sosok mumpuni, sakti mandraguna
Dihormati oleh semua keluarga, Pandawa dan Kurawa

Suatu ketika,  Sang Dewa Srani  curhat kepada ibunya
Dia,  Betari Durga, seorang istri dari Sang Betara Kala
Dan, Dewa Srani pun mengutarakan akan keinginannya
Bagaimana caranya, agar menjadi raja menguasai dunia:

“Ibunda, sesungguhnya ananda ini mempunyai cita-cita,
Ingin  sekali  mengusai dunia.  Bagaimanakah  caranya?”
Mendengar pertanyaan itu, menjawablah Betari Durga:
“Srani, syaratnya kau harus memiliki Jimat Kalimasada!”

Mendengar jawaban ibunya, Dewa Srani kembali tanya:
“Jika begitu, Dimana, dan bagaimana mendapatkannya?”
“Kau  haruslah  mencurinya dari  Prabu Darmakusuma,
Putera tertua Pandawa Lima di Negeri Amarta pura!”

Singkat cerita, maka Dewa Srani dengan kesaktiannya,
Dengan  cara mencuri,  bisa memiliki Jimat Kalimasada
Akan tetapi jimat itu bisa direbut kembali oleh Arjuna
Satria sejati panengah Pandawa yang sakti mandraguna

Lakon carangan yang berkisah tentang Jimat Kalimasada
Kreasi murni, ciptaan pujangga Islam dari Demak Bintara
Jimat atau azimah adalah sesuatu yang sakti dan bertuah
Sada atau syahadah berarti bukti diri bersaksi bersumpah

Dengan demikian perkataan,  Azimah  Kalimah  Syahadah
Atau Jimat Kalimasada berarti miliki kesaktian atau tuah
Yang hebat luar biasa  hingga tiada bisa dibuat jadi lemah
Yang dipunyai  keluarga Pandawa Lima  yang gemah ripah

Adapun Pandawa Lima bermakna Rukun Islam yang Lima
Putra yang pertama Yudistira, kedua Bima, ketiga Arjuna
Keempat dan kelima,  yaitu sikembar Nakula, dan Sadewa
Syahadat, Shalat, Puasa Ramadhan, Zakat, Haji Mabrura

Yudistira,  pada  diri sang  pemuka Pandawa si penyabar ini
Di atas kepalanya,  di sumpingnya,  tersembunyi kertas suci
Nan putih bersih, yang di dalamnya tertera tulisan kaligrafi
Dua Kalimah Syahadah,  bersaksi diri penganut religi Islami

Bima Sena,  di lengannya mengenakan gelang supit urang
Kepala dan wajahnya selalu menatap merunduk pandang
Layaknya orang yang sedang lakukan shalat, sembahyang
Tak mau henti kerja bagai Shalat yang tak bisa di halang

Bima bertubuh tinggi besar, soko guru keluarga Pandawa
Memiliki aji-aji Panca Naka kekuatan sakti ada di jari lima
Itu selalu digenggamnya kuat-kuat sebagai senjata pusaka
Maknanya, jika shalat hikmat tubuh sehat kuat tiada tara

Arjuna, satria Panengah Pandawa ini miliki keteguhan jiwa
Berwajah tampan, putih bersinar,  karena sukalah bertapa
Laksana orang yang suka lakukan puasa, jiwa kuat berjaya
Miliki energi daya kekuatan supra, baik jiwa ataupun raga

Makula dan Sadewa,  si kembar ini, keduanya rajin bekerja
Suka berdandan, berpakaian bagus, indah dipandang mata
Bagai orang yang suka keluarkan zakat, berhaji,  berderma
Karena rajin, dan giat bekerja,  maka cukup kaya berharta
  
Adapun Dewa Srani,  yang merupakan putera  Betara Kala
Anak Betari Durga melakukan pencurian Jimat Kalimasada
Dan ingin menguasai dunia di bawah perintah kekuasaannya
Itu artinya, ada tangan jahat yang ingin rusak aqidah agama

Mereka tiada suka jika Islam berkembang di seluruh dunia
Maka,  dengan berbagai macam kekuatan,  yang dimilikinya
Melalui jalur politik, ekonomi, sosial, teknologi seni budaya
Terus susupkan pengaruhnya ‘tuk hancurkan moral bangsa

Jika dikaji,  dianalisa,  ada pesan terkandung dari Pujangga
Sang Pembuat  ini cerita wayang,  Lakon Jimat Kalimasada
Buat seluruh umat Islam,  yang ada di seluruh antero dunia
Tetap jaga aqidah,  amalkan ajaran Islam sepenuh jiwa raga

Bumi Pangarakan, Bogor
Kamis, 23 Juli 2015 – 05:06 WIB