Senin, 10 September 2018

Slamet Priyadi : "SANG BOMANTARA" Pupuh 7

Blog Slamet Priyadi :
"Sjak Puisi Ki Slamet 42"
Selasa, 11 September 2018-02:50 WIB

 
Image "Ki Slamet" (Foto:SP)
Ki Slamet 42
Ki Slamet Priyadi 42 :

“SANG  BOMANTARA”
Pupuh VII ( 1 – 24 )

7.                Gugurnya Maharaja Jantaka

(1)
Berkatalah Maharaja Bomantara kepada keempatnya:
“Hai kalian para menteri Jantaka dari negeri Mandura,
Sungguh kalian patih-patih yang tiada bertatakrama
Kalian hendak lawan aku ke mana rajamu si Jantaka?
Kenapa tak ke luar, malah kalianlah yang disuruhnya?”

(2)
Patih Saksanamantri amatlah marahnya lalu berkata:
“Hai Boma, kau ini seorang raja tapi kau punya bicara
Layaknya seorang pengalasan, tak punya tata krama,
Sungguh kau tiada berbudi dan banyak pula bicara!”
Patih Saksana tikamkan senjata ke dada Raja Boma,

(3)
Akan tetapi senjata itu seperti membentur besi baja
Tubuh Sri Maharaja Boma ternyata keballah senjata
Patih Saksana pun keluarkanlah senjata andalannya
Yang didapatnya darilah bertapa bernama candrasa
Tetapi secepat kilat candrasa itu direbut Raja Boma

(4)
Lalu dihujam ke arah perut dan dada Patih Saksana
Maka tewaslah ia meregang nyawa seketika itu juga
Patih Sela pun  cepat mengeluarkan anak panahnya
Lalu dipanahnyalah leher Sang Maharaja Bomantara
Itu pun tak juga bisa melukai Boma Raja Trajutrisna

(5)
Maka Raja Boma keluarkan gada sipencabut nyawa
Sambil melompat gada diayun ke kepala Patih Sela
Patih Sela gugur bersama dengan pecahnya kepala
Menyaksikan akan peristiwa tragis itu Patih Asmara
Betapalah berangnya, maka ia pun keluarkan trisula

(6)
Dia melompat sebat, trisula dihujam ke dada Boma
Tapi luput jua, karena Boma terus rapal aji kebalnya
Senjata Trisulanya, justru malah patah menjadi tiga
Maka Patih Asmara pun keluarkan senjata gadanya
Perang gada pun terjadi dengan amatlah  serunya

(7)
Patih Asmara dan Raja Boma sama ayunkan gada
Kedua gada pun saling benturan timbulkan suara
Memekakkan telinga, nampak gada Patih Asmara
Pecahlah berkeping-keping, gada Maharaja Boma
Teruslah melayang membentur dada Patih Asmara

(8)
Maka patih Asmarapun regang nyawa saat itu juga
Gugurnya ketiga patih Raja Jantaka buat Patih Jaya
Dendamnya semakin Berkobar laksana api dahana
Ia pun cepat lah hunus keris pusaka Dantah-ismara
Yang penuh bisa, Lalu ditikamnya dada Raja Boma

(9)
Tetapi tetap tiada bisa lukai tubuh sang Wisnu Putra
Sebab kebal saktinya adalah anugerah dari ayahnya
Maka Raja Boma pun tangkaplah tangan Patih Jaya
lalu rebutlah keris Dantah-ismara serayalah berkata:
“Patih Jaya, minta ampunlah kepadaku Raja Boma!”

(10)
“Hai Boma, sampai mati aku tak kan berpaling muka
Daripada raja yang aku perhamba Maharaja Jantaka
Tak sudi aku mohon ampun kepadamu raja raksasa
Yang tak berbudi sama sekali tak punya tata kerama
Demil mendengar kata-kata hinaan Patih Jaya, maka

(11)
Raja Bomantara pun langsung tikam dada Patih Jaya
Dengan keris milik Patih Jaya sendiri, Dantah-ismara
Lalu Patih Jayapatih pun tewaslah pada saat itu juga
Maharaja Jantaka yang lihat empat patihnya perlaya
Dendamnya kepada Raja Boma semakin menggelora

(12)
Maka Raja Jantaka pun datanglah hampiri Raja Boma
Demilah melihat Raja Jataka, Raja Boma pun berkata:
“Huaaah... Raja Jantaka, rupanya kau muncullah juga,
Kenapa kau tak bawa Dewi Januati puterimu tercinta,
Sebagai tebusan akan kematianmu itu Raja Jantaka?”

(13)
Betapa marahnya Raja Jantaka dengar sesorah Boma,
Ia pun berkata: “Boma, kau raja raksasa tak tahu basa,
Meskipun aku mati takkan kuserahkan putriku tercinta
Dewi Januati pada raja raksasa tiada kenal tata-krama
Tak sah banyaklah kata, hadapilah aku Raja Jantaka!”

(14)
Kata-kata Raja Jantaka membuat murka Raja Boma,
Dia keluarkanlah senjata gada hampiri Raja Jantaka
Kemudian sekuatnya dipukulkan ke arah kepalanya
Tetapi  Raja Jantaka luput dari pukulan gada Boma
Maka Raja Boma keluarkanlah anak panah saktinya

(15)
Dipanahnya berulang-ulang kali Maharaja Jantaka,
Tetapi tak satu panah-panah itu dapat melukainya
Keadaan ini membuat Raja Boma betapalah murka
Segala senjata sakti, telah semua dipergunakannya
Namun luput semua tiada bisa bunuh Raja Jantaka

(16)
Maka Raja Boma  keluarkan senjata pamungkasnya
Panah Cakra anugerah dari ayahnya, Wisnu Batara:
“Wahai Raja Jantaka, kau terimalah ini panah Cakra
Anugrah ramandaku Sang Sri Mahawisnu Batara !”
Demi melihat panah Cakra, berkatalah Raja Jantaka:

(17)
“Hai Raja Boma, seharusnya sejak tadi panah Cakra
kau gunakan untuk membunuhku agar aku perlaya
Senjata Wisnu itu yang sejak tadi aku menungunya.”
“Baik, sambutlah kematianmu hai Maharaja Jantaka,
Terimalah ini Cakrabaswara!” kata Raja Bomantara.”

(18)
Maka  panah Cakra melesat tepat mengenai dada
Raja Jantaka, darah mengucur deras dari dadanya
Yang luka menganga terkena panah Cakrabaswara
Sebab kesaktiannya ia masih bertahan dan bicara:
“Hai Raja Boma putra Dewa Wisnu, sesungguhnya
Ajalku ada di tanganmuamu lewat Cakrabaswara,

(19)
Oleh sebab itu aku tak pernah mau membalasnya
Segala seranganmu sebab yang kutunggu hanya,
Senjata  Cakrabaswara ini!” panah itu pun segera
Dilontarkan Raja Jantaka kepada Raja Bomantara
Seraya berkata: “Ini Kau Ambil lagi panah Cakra,

(20)
Panah Cakra itu tepat mengenai dada Raja Boma
Maka tewaslah Sang Raja Boma seketika itu juga
Tetapi ketika tubuhnya jatuh tersentuh tanah dia
Bangkit lagi, betapa beranglah Maharaja Jantaka
Maka segera dia pun naiklah ke atas Wilmananya

(21)
Berkatalah Raja Jantaka kepada Maharaja Boma:
“Hai Boma Raja yang tiadalah punya tata-krama,
Ketahuilah akupun dapat anugerah  dari Dewa
Pabila mati bukan atas mauku, itu tak akan bisa
Ajalku ada di tanganmu, dengarlah aku berkata:

(22)
“Aku pun sudahlah jemu hidup di dalam dunia
Tapi katamu agar aku serahkan putriku tercinta
Dewi Januati pada raja yang tak bertata-krama,
Bagiku Itu merupakanlah perbuatan hina-dina,
Maka Keluarkan panah saktimu Samoga-moga,

(23)
Hanya dengan senjata anugerah Dewa Brahma
Samoga-moga itu yang bisa buat aku perlaya!”
Setelah mendengar kata-kata Maharaja Jantaka
Maharaja Bomapun ambil panah Samoga-moga
Dilepasnya panah itu ke arah dada Raja Jantaka

(24)
Panah Samoga-moga,  anugrah Dewa Brahma
Pun melesat tembus ke dada Maharaja Jantaka
Yang seketika itu juga, tewaslah gugur perlaya
Bersamaan dengan gaibnya mayat Raja Jantaka
Gaib pula panah Samoga-moga Dewa Brahma.

Kp. Pangarakan, Bogor
Sabtu, 1 September 2018
Pukul : 12:27 WIB

REFERENSI :
Balai Pustaka, “Sang Boma”
Penerbit : Balai Putaka 1978
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar