Blog SlametPriyadi
"Sajak Puisi Ki Slamet 42"
Jumat, 28 September 2018 - 07:47 WIB
"Sajak Puisi Ki Slamet 42"
Jumat, 28 September 2018 - 07:47 WIB
Ki
Slamet Priyadi 42 :
“SANG BOMANTARA”
Pupuh
X1 ( 1-33 )
11. Raden Samba Perangi Raksasa Angkara
(1)
Alkisah Raden samba berada di dusun Indra
Pura
Bersama para hulubalang, dan Begawan Karanda
Adapun Dusun Indra Pura masih di bawah kuasa
Kerajaan Dwarawati, rajanya bernama Sri Kresna
Yang tak lain ayah dari Raden Samba
Prawirajaya
(2)
Tanah di dusun Indra pura itu begitulah
suburnya
Dengan alam perbukitan berhias hutan
belantara
Berkelok jalan setapak betapa indah dan
eloknya
Suatu ketika, Raden Samba Prawirajaya bersama
Segenap hulubalang dan Begawan Karanda Dewa
(3)
Mendaki bukit yang terlalu bersemaklah
jalannya
Hingga hulubalang kesulitan langkahkan
kakinya
Sementara hari pun sudah mulailah
gelap-gulita
Maka Raden Samba pun perintahkan prajuritnya
Untuk beristirahat dan nyalakan pematik
cahaya
(4)
Di keesokan hari saat Sang Surya tebar
sinarnya
Raden Samba ke sungai bersama Karanda Dewa
Di tegah jalan dia melihat ada tiga orang
wanita
Bawa hidangan nasi, amat cantik rupa parasnya
Maka ia bertanya pada Begawan Karanda Dewa:
(5)
“Paman Begawan, perempuan manakah mereka?”
“Tiada lain mereka itu adalah perempuan
pertapa
Di gunung Jingga Biru antar makan ‘tuk
gurunya.”
Jawab Begawan Karanda Dewa seperlunya, Samba
Pun bertanya lagi pada Begawan Karanda Dewa
:
(6)
“Paman, ketiga wanita itu memang benar
pertapa
Atau mereka adalah isteri-isteri dari para
pertapa,
Yang berada di atas gunung Jingga Biru ini
saja?”
Ketika Begawan mau jawab tanya, Raden Samba
Menyelak : “Tidak usah dijawab paman
Karanda!”
(7)
“Kenapa dan ada apa, Samba?” Begawan Karanda
Jadi heran dibuatnya dengan sikap Raden
Samba
Tiba-tiba saja ia melihat Raden Samba
Prawirajaya
Lompat ke arah batu yang diinjak Karanda
Dewa
Sang Begawan melihat di jemari tangan Samba,
(8)
Tergenggam seekor kobra besar hitam warnanya
Yang tadi nyaris mematuk kaki Begawan
Karanda
Betapa terkejutnya Sang Begawan Karanda Dewa
Dilihatnya Raden Samba berbicara dengan
kobra:
“Hai kobra, pergi jangan ganggu paman
Karanda!”
(9)
Mendengar perintah Raden Samba, sang kobra
Pun pergilah ke dalam semak serayalah
berkata:
“Baik Raden, sungguh patik tiada mengira
pabila
Yang lewat adalah Raden dan Begawan Karanda,
Salam hormat patik pada paduka Betara
Krisna!”
(10)
“Baiklah Kobra, salam akan aku sampaikan
pada
Ayahanda setelah saya selesaikan tugas
negara
Membasmi Patih Pralemba, Angkasa dan segala
Raksasa yang telah membunuh segenap pertapa
Di gunung Jingga Biru dan di Gunung
Angkasa.”
(11)
Adapun Sang Begawan Karanda Dewa ada rasa
Bangga setelah melihatlah dengan mata kepala
Kecekatan Raden Samba yang begitu cepatnya
Menangkap seekor ular kobra jelmaanlah dewa
Maka Begawan Karanda berkata dalam hatinya:
(12)
“Tepatlah jika Sri Paduka Maharaja Batara
Krisna
Menugaskan ananda Raden Samba Prawirajaya,
Menumpas Patih Pralemba dan pasukan raksasa
Dan tentulah Baginda Sri Maharaja Betara
Krisna
Telah memberi anugerah kesaktian kepadanya.”
(13)
“Hm, jikalah demikian aku tak perlu lagi
merasa
Khawatir akanlah keselamatan diri Raden
Samba
Karena
dengan ilmu kesaktian yang dimilikinya
Cukuplah untuk menumpas sang angkara murka
Di atas gunung Jingga Biru dan gunung
Angkasa
(14)
Begawan Karanda Dewa bertanya pada Samba:
“Raden, sebaiknya kita lanjutkan perjalanan
saja
Sebab sebentar lagi hari akan menjelang
senja!”
“Sebaiknya jangan paman, titahkan pasukan
kita
Agar beristirahat makan dan minum secukupnya
(15)
Kita akan lanjutkan perjalanan jelang fajar
tiba
Jika kita seranglah mereka di malam hari
maka,
Pasukan kita akan banyaklah yang mati binasa
karena mereka raksasa yang kasar tandangnya
lebih malam hari makin buas dan liar
lakunya!”
(16)
“Baik Raden!” Makin kagumlah Begawan Karanda
Pada kemampuan Samba di dalam strategi yudha
Maka tiada keraguan lagi Begawan Karanda
Dewa
Dia Segera berkata kepada Suranata dan
Surama
Agar semua prajurit beristirahatlah di dalam
tenda
(17)
Pendek cerita, sang Surya mulai tebarkan
sinarnya
Maka Suranata, dan Surama berilah aba-aba
pada
Semua prajurit agar persiapkan segala
sesuatunya:
“Wahai prajurit Dwarawati yang gagah nan
perkasa
Ataslah perintah Pangeran Raden Samba
Prawijaya
(18)
Segeralah berkemas jangan sampai ada yang
lupa,
Persiapkan
senjata kalian, kita berangkat segera!”
Maka segenap prajurit Dwarawati itu pun
bergegas
Masing-masing mempersiapkan segala
senjatanya
Lalu menaiki kereta perang menuju medan
yudha
(19)
Setelah demikianlah itu, Raden Samba
Prawirajaya
Bergerak langkahkan kaki yang diiring oleh
segala
Hulubalang yang dipimpin oleh Suranata, Surama
Menuju ke
gunung Jingga Biru, gunung Angkasa
Sesampai di dusun Ajum Giri, hari mulailah senja
(20)
Maka Raden Samba pun hentikanlah pasukannya
Hal itu buatlah Begawan Karanda Dewa,
Suranata
Dan Surama heran atas keputusan Raden Samba,
Merekapun
hampiri Raden Samba lalu bertanya:
“Ada apakah hentikan pasukan, Raden Samba?”
(21)
“Oya, Paman! Apakah nama dusun yang sama
sekali tiadalah penghuninya ini? Padahal
saya
lihat dusun ini amat subur dan lingkungannya
pun banyaklah ditumbuhi pepohonan hingga
banyak burung datang hinggap di rantingnya.”
(22)
Maka menjawablah Begawan Karanda Dewa,
Karena dia yang tahulah persis penyebabnya,
Kenapa Dusun Ajum Giri tiada penghuninya:
“Ya Raden Samba, adapun sebabnya karena
Selalu diganggu oleh sekelompoklah raksasa
(23)
Dari negeri Trajutrisna yang rajanya bernama
Raja
Bomantara yang ayahanda Betara Krisna
Tugaskan kepada ananda ‘tuk menumpasnya!”
Menjawablah Begawan Karanda Dewa seraya
Arahkanlah
telunjuknya ke Negeri Trajutrisna.
(24)
“Jika begitu, suruhlah paman Suranata,
Surama,
Agar segala pasukan dan hulubalang semuanya
Berehat di dusun ini makan minum
seperlunya!”
Suranata dan Surama pun titahkan prajuritnya
Beristirahat seraya berjaga dan tetap
waspada
(25)
Malam pun tibalah, dusun Giri diselimuti
gulita
Suara sorak tentara, ringkikkan gajah dan
kuda
Didengarlah Patih Pralemba dan Patih Angkasa
Dan segala raksasa, maka mereka pun berkata:
“Hai kawan-kawan, aku mencium bau manusia,
(26)
Beberapa raksasa hendus-henduskan hidungnya
Seraya berkata: “Iya, iya, betul, ini bau
manusia!”
Salah seorang raksasa berkata : “Barangkali
saja,
Para pemburu yang tersesat di hutan
belantara?”
Maka beberapa raksasa cari sumber bau
manusia
Yang berasal darilah pasukan Samba
Prawirajaya
Setelah menemukan mereka pun kembali segera
(27)
Kepada teman-temannya, mereka pun berkata :
“Hai teman-teman, ternyata aroma bau manusia
Berasal dari pasukan Raden Samba Prawirajaya
Yang sedang rehat di Dusun Giri, Indera
Pura!”
Salah seorang Raksasa berkata pada rekannya:
(28)
“Mereka sedang makan, minum di tenda-tenda
Sambil menari-nari seperti sedanglah
berpesta
Mari teman-teman kita pun akan pesta di sana
Kita makan saja mereka, tentu sedap
rasanya!”
“Ya, itu benar!” berkata salah seorang
raksasa
Sedangkan Patih Pralemba, dan Patih Angkasa
Yang mendengar rencana itu, segera berkata :
“Prajurit, aku Patih Pralemba,dan Patih
Angkasa
Mencegah kalian untuk bertindaklah semaunya
Liar, brutal serta tanpa berdasarkanlah
rencana!
(29)
Kalian tak bolehlah gegabah karena semuanya
Mereka itu, pasukan Raden Samba Prawirajaya
Bukan sekumpulan para begawan sebagaimana
Yang telah kita mangsa di atas gunung
Jingga,
Jika kalian masih ingin mencoba
melanggarnya,
(30)
Maka atas nama Sri Paduka Maharaja Bomantara
Akan kuhukum kalian dengan
seberat-beratnya!”
Demikian kata Patih Pralemba dan Patih
Angkasa.
“Siap, segala titah patik junjung di atas
kepala.”
Jawab prajurit raksasa seraya rundukkan
kepala
(31)
Selanjutnya Patih Pralemba dan Patih Angkasa
Pun berkatalah: “Hai Kalian Prajurit
Trajutrisna,
Nan gagah perkasa, dengar titah kami berdua,
Patih Pralemba dan Patih Angkasa, kita semua
Kan serang pasukan Raden Samba Prawirajaya
(32)
Tepat dini hari saat sang purnama sepenggala
Pasukan darat ikut bersamaku, Patih Pralemba
Sedang pasukan udara bersama Patih Angkasa
Faham!” demikianlah pejelasan Patih Pralemba
Siaap...patih!” jawab serempak pasukan
raksasa
(33)
“Baik, sekarang kalian istrirahat, janganlah
lupa
Siapkan dan periksalah senjata kalian
semuanya
Lalu makan, minum, dan tidur seperlunya saja!”
Demikianlah pesan-pesan darilah Patih
Angkasa
Dan Patih Pralemba kepada semua prajuritnya.
Jumat,,
28 September 2018
Pukul
: 07:58 WIB
REFERENSI
:
Balai
Pustaka, “Sang Boma”
Penerbit
: Balai Putaka 1978
Tidak ada komentar:
Posting Komentar