"ULAR WELING DI PERIGI BUKIT CIBELING"
Karya: Slamet Priyadi 42
Saat Surya pagi pancarkan sinarnya yang putih
keperakan
Merasuk celah-celah jendela bambu bilik kamar
peraduan
Dan sentuh keriput kulit wajahku terasa
menghangatkan
Sadarkan aku dari gelap tidur lelap yang berkepanjangan
Kusingkap selimut tebal motif tumpal yang
lekat di badan
Lalu bangkit dari amben panjang mata menatap
ke depan
Nun, jauh
di sana nampak hamparan bukit hijau Cibeling
Diselimuti kabut nan putih yang menebari bukit
sekeliling
Sang mentari sembul di balik bukit sang fajar
menyingsing
Jalan panjang berbatu kelak-kelok kitari curamnya
tebing
Jernih air pancuran mengalir di parit solokan
menggasing
Bangkitkan hasrat ‘tuk langkah ke sana obati
rasa pening
Dan, aku
pun berangkat pergi tanpa alas di telapak kaki
Berjalan sendiri langkah mendaki bukit
Cibeling yang sepi
Menuruni jalan terjal berbatu, mendaki jalan kelok tinggi
Di pancuran sebatang bambu hijau, air
mengalir ke perigi
Aku basuhkan muka bersihkan wajah dan bercermin
diri
Dalam jernihnya air perigi tersembul wajah
kotor berdaki
Aku tersentak, terperangah, wajah itu wajahku
sendiri
Tampak jelek, dipenuhi bintik-bintik kutil tajam
berduri
Maka kubenamkan
muka selami lagi air di dalam perigi
Di balik batu hitam, ada ular weling
sepanjang dua kaki
Ke luar
menjalar berkata seperti berpesan
menasehati
“Tuan, cepatlah kembali, jangan lupa keluarga sendiri!”
Pesan magis ular weling sadari aku dari apa yang
terjadi
Dengan pakaian basah kuyup aku pergi
tinggalkan perigi
Kembali ke pondok tua berbilik bambu milik
aku sendiri
Sambil pikirkan dengan segala kejadian yang baru
kualami
Tiba-tiba, aku terjatuh dari amben panjang yang
kutiduri
Dan, aku baru sadar, rupanya semua itu hanyalah mimpi
Sabtu, 02 Mei 2015 – 18:13 WIB
Slamet Priyadi 42 di Pangarakan, Bogor
Tidak ada komentar:
Posting Komentar