Sabtu, 02 Mei 2015

TIADA KESEDERHANAAN DALAM HUJRAHMU Karya: Slamet Priyadi

Image "Hujrah Nabi (Foto: Google)
Hujrah Nabi
 
TIADA KESEDERHANAAN DALAM HUJRAHMU
Karya: Slamet Priyadi

 Di mana,  di mana, dan di manakah hujrah Nabi?
Ke mana, ke mana, dan ke manakah hujrah Nabi?
Tempat  Nabi  hidup dengan kesederhanaan diri
Tempat  Nabi  menerima  wahyu dari Ilahi Rabbi
Tempat  Nabi berfikir  dan selalu merenung diri
Tempat Nabi atur siasat ‘tuk kebahagiaan hakiki
Hidup bahagia di dunia maupun di akhirat nanti

Dimana hujrah tempat Nabi, sekarang ini dimana?
Tempat  makan bersama dengan khadam kasihnya
Menambal  terompa dan gamis yang robek nganga
Dan, dimana, dimana, dimanakah pintu hujrahnya?
Yang senantiasa selalu terbuka bagi si miskin papa
Dimanakah gerangan lapik Nabi? dimana, dimana?
Tempatnya bebaring  saat susah, senang, nestapa

Dimanakah hujrah tempat jenazah Nabi dibaringkan?
Saat kaum muslimin tua, muda, laki dan perempuan
Rapih Berbaris berjejer ucapkan selamat perpisahan
Dengan air mata deras menetes, linang bercucuran
Dengan rasa nestapa mendalam karena ditinggalkan
Manusia teladan sejati Muhammad Nabi akhir zaman
Sang Pencerah, Sang Pembebas belenggu kebodohan  

Sekarang tempat hujrah bersejarah itu sudahlah lenyap
Hujrahnya yang asli sudah tiada ada lagi sirna menguap
Dan tiadalah mungkin lagi bisa dijumpai rasa hati kalap
Sebab ‘lah berganti hujrah mewah penuh hias gemerlap
Berhias emas, bertahtakan ratna manikam kerlip-kerlap
Tak ada wajah penuh kesederhanaan yang bisa ditatap
Laksana ajaran Nabi Muhammad yang tegas dan sigap

Maka di  dalam doanya Nabi pun mohon kepada Tuhan
“Ya, Allah! Jangan jadikan kuburku berhala kemewahan”
Yang selalu disembah-sembah,  dipuja-puja  setiap insan
Dan itu berarti, Nabi Muhammad tidak  menginginkan
Kuburnya dipermewah-mewah,  apa lagi di keramatkan
Maka, terapkanlah  Islam sesuai dengan  acuan ajaran
Yang telah dicontohkan Muhammad Nabi akhir zaman

Bumi Pangarakan, Bogor
Minggu, 03 Mei 2015 – 08:10 wib

Tidak ada komentar:

Posting Komentar