Karya:
Slamet Priyadi
Di mana, di mana, dan di manakah hujrah Nabi?
Ke mana,
ke mana, dan ke manakah hujrah Nabi?
Tempat
Nabi hidup dengan kesederhanaan diri
Tempat
Nabi menerima wahyu dari Ilahi Rabbi
Tempat
Nabi berfikir dan selalu merenung diri
Tempat
Nabi atur siasat ‘tuk kebahagiaan hakiki
Hidup
bahagia di dunia maupun di akhirat nanti
Dimana
hujrah tempat Nabi, sekarang ini dimana?
Tempat
makan bersama dengan khadam kasihnya
Menambal
terompa dan gamis yang robek nganga
Dan,
dimana, dimana, dimanakah pintu hujrahnya?
Yang
senantiasa selalu terbuka bagi si miskin papa
Dimanakah
gerangan lapik Nabi? dimana, dimana?
Tempatnya
bebaring saat susah, senang, nestapa
Dimanakah
hujrah tempat jenazah Nabi dibaringkan?
Saat
kaum muslimin tua, muda, laki dan perempuan
Rapih
Berbaris berjejer ucapkan selamat perpisahan
Dengan
air mata deras menetes, linang bercucuran
Dengan
rasa nestapa mendalam karena ditinggalkan
Manusia
teladan sejati Muhammad Nabi akhir zaman
Sang
Pencerah, Sang Pembebas belenggu kebodohan
Sekarang
tempat hujrah bersejarah itu sudahlah lenyap
Hujrahnya
yang asli sudah tiada ada lagi sirna menguap
Dan
tiadalah mungkin lagi bisa dijumpai rasa hati kalap
Sebab
‘lah berganti hujrah mewah penuh hias gemerlap
Berhias
emas, bertahtakan ratna manikam kerlip-kerlap
Tak
ada wajah penuh kesederhanaan yang bisa ditatap
Laksana
ajaran Nabi Muhammad yang tegas dan sigap
Maka
di dalam doanya Nabi pun mohon kepada
Tuhan
“Ya,
Allah! Jangan jadikan kuburku berhala kemewahan”
Yang
selalu disembah-sembah, dipuja-puja setiap insan
Dan
itu berarti, Nabi Muhammad tidak menginginkan
Kuburnya
dipermewah-mewah, apa lagi di keramatkan
Maka,
terapkanlah Islam sesuai dengan acuan ajaran
Yang
telah dicontohkan Muhammad Nabi akhir zaman
Bumi
Pangarakan, Bogor
Minggu, 03 Mei 2015 – 08:10 wib
Tidak ada komentar:
Posting Komentar