Blog Slamet Priyadi : "Sajak Puisi Ki Slamet 42"
Sabtu, 06 Oktober 2018 - 05:00 WIB
Bersambung Pupuh 13
Sabtu, 06 Oktober 2018 - 05:00 WIB
Bomantara |
Ki
Slamet Priyadi 42 :
“SANG BOMANTARA”
Pupuh
X1I ( 1-35 )
12. Pertempuran Di Gunung
Jingga
(1)
Alkisah Raden Samba beserta segala
pasukannya
Yang sedang berbicara di salah satu tenda
utama
Bersama Begawan Karanda Dewa, Sang Suranata,
Dan Sang Surama beserta semua prajurit kepala
Di datangi oleh seorang prajurit telik sandi
yuda
(2)
Maka melapor kepada Raden Samba Prawirajaya:
“Lapor tuan Pangeran, prajurit raksasa
Trajutrisna
Dipimpin oleh Patih Pralemba, dan Patih
Angkasa
Dengan seratus pasukan gajah dan pasukan
kuda
Akan serang pasukan kita saat bulan sepenggala!”
(3)
Mendengar berita iti, maka berkata Raden
Samba
Kepada Begawan Karanda, Suranata dan Surama:
“Paman semua, sebaiknya kita bertahan dulu
saja
Dan perintahkanlah kepada seluruh pasukan
kita
Agar semua bersiaga menyiapkan segala senjata!”
(4)
“Baik Raden, segala titah patik laksanakan
segera.”
Jawab Begawan Karanda Dewa, Suranata, Surama
Maka mereka pun segeralah perintahkan kepada
Seluruh
prajurit Dwarawati yang sedang berada
Di tenda-tenda siapkan senjata. Berkata
Surama:
(5)
“Seluruh prajurit Dwarawati yang gagah
perkasa,
Semuanya berkumpullah disini, sekarang juga!“
Berkata Surama dengan kerasnya ba’ aum singa
Setelah semua berkumpul di depan tenda utama
Maka berkatalah Surama kepada Raden Samba:
(6)
“Seluruh prajurit telah berkumpul di depan tenda
Hamba persilahkan Raden Samba menjumpainya
Untuk beri bekal semangat kepada pasukan
kita.”
“Oya, baiklah!” Jawab Raden Samba Prawirajaya,
Seraya beranjak dari duduknya keluar dari
tenda
(7)
Nampak sekali betapa wibawanya Raden Samba
Di hadapan prajuritnya yang sudahlah siap
siaga
Raden Samba menolehkan kepalanya ke segala
Arah menatap seluruh pasukannya lalu berkata:
“Wahai prajurit Dwarawati yang gagah
perkasa,
(8)
Sebentar ini, atau jelang purnama sepenggala
Kita akan bertempur melawan pasukan raksasa
Bersiap-siaplah, hunus senjata kalian
semuanya
Keluarkanlah kemampuan kalian dalam yudha.
Ingat, yang kalian hadapi para prajurit
raksasa!
(9)
Mereka amat buas, liar tak indahkan tata
yudha
Apakah kalian semua rela gugur di medan laga
Demi untuk negara, bangsa, dan agama kita ?”
“Patik ikhlas teteskan darah korbankan
nyawa!”
Mendengar jawaban prajuritnya, Raden Samba
(10)
Melanjutkan pesannya: “Baik terimakasih
semua,
Hai prajurit Dwarawati yang gagah nan
perkasa
Kita memang haruslah berjuang sekuat tenaga
Berkorban nyawa demi musnahkan para raksasa
Yang sudah bunuhbinasakan pemangku agama
(11)
Para pertapa di gunung jingga, gunung
Angkasa
Dan hancurkan tempat iabadah suci agama
kita!”
Demikianlah pesan penyemangat Raden Samba
Kepadalah seluruh prajuritnya dengan
kata-kata
Yang amatlah memukau dan penuhlah wabawa
(12)
Berita tentang akan adanya penumpasan
raksasa
Oleh pasukan Dwarawati dipimpin Raden Samba
Telah tersebar di kalangan para begawan
pertapa
Dan itu buatlah para begawan pertapa yang
ada
Di gunung Jingga, gunung Angkasa suka
hatinya
(13)
Maka kata Begawan Anggi kepada Raden Samba:
“Raden, sekarang hamba mohon diturutkan
serta
Dalam pasukan Raden menumpas angkara murka
Yang telah banyak binasakan para kaum
pertapa
di
atas gunung Jingga Biru dan gunung Angkasa!”
(14)
Tanpalah menunggu jawaban dari Raden Samba,
Begawan Anggi hampiri Begawan Karanda Dewa
Dan pertapa lainnya yang siap degan
senjatanya
Setelah itu, Raden Samba naik ke atas
keretanya
Berangkat dikawal oleh Begawan Karanda Dewa,
(15)
Begawan Anggi, dan besertalah semua pertapa
Naiklah ke atas keretanya, kawal Raden Samba
Beserta seluruh pasukan menuju gunung Jingga
Tiba di atas gunung, bayu tiup sepoi-sepoi
basa
Guruh-guntur berbunyilah antara ada dan
tiada
(16)
Dari gunung Jingga, nampak puncak Raja Warna
Teramat tinggi melebihi tingginya gunung
Jingga
Pun amatlah indah elok nan permai pula
rupanya
Konon, itulah tempat Arjuna bertapa saat
digoda
Oleh Caku Aca, Maha Dewa penguasa Raja Wana
(17)
Segala macam bunga-bunga asri beraneka warna
Segala macam pohon pun tumbuh di Raja Warna
Bermacamlah buah ranumnya menggugah selera
Burung-burung berterbangan bersuka ria
laksana
Sedanglah elu-elukan Raden Samba Prawirajaya
(18)
Kata yang empunya cerita, setelah Raden
Arjuna
Selesaikanlah bertapanya di gunung Raja Wana,
Batara Kamajaya jadikan tempat itu ‘tuk
bersuka
Sebulan sekali dia turun bermain-main
bersama
Sama Sang bidadari-bidadari darilah Indera loka
(19)
Maka jika siapa saja lihat kejadian sebegitu
rupa
Di atas gunung Raja Warna, akan rawan
hatinya
Syahdan ketika dalam perjalanan, Raden Samba
Berbelok arah menuju arah gunung Melawi Sela
Yang hutannya begitu elok nan permai rupanya
(20)
Setelah sekian lamanya melewati hutan
belantara
Tampak di hadapannya padang luas tiada
terkira
Raden Samba bertanya pada Begawan Karanda:
“Paman Begawan Karanda Dewa sekian lama kita
Berjalan akan bersuakah kita ini dengan
raksasa?”
(21)
Begawan Karanda Dewa pun menjawab segera:
“Ya Raden Samba Prawirajaya, pada rasa hamba
Beberapa saat lagi kita pun akan bertempur jua
Dengan raksasa, Patih Pralemba dan Patih
Wira
Dan raksasa lainnya itu, tiadalah jauh
antaranya
(22)
Sebab tempat mereka itu ‘lah diketahui hamba!”
Mendengar penjelasan Begawan Karanda Dewa,
Raden Sambapun perintahkanlah Sang Suranata
Dan Sang Surama. Maka berkata Raden Samba:
“Paman, perintahkanlah segenap prajurit
yudha,
(23)
Agar segeralah siapkan segala senjata yang
ada
Dan naiklah ke atas keretanya, oleh karena kita
Akan bersua bertempur dengan prajurit
raksasa.”
Maka, Suranata dan Surama pun keras beruara
Perintahkan para prajuritnya agar bersiap
siaga:
(24)
“Wahai Prajurit Dwarawati yang gagah
perkasa,
Hayolah segera hunuslah senjata kalian
semua,
Sebentar lagi kita bertempur melawan
raksasa,
Jangan gentar, mari hancurkan angkara
murka!”
Pekik suara Suranata, Surama memberi aba-aba
(25)
Sementara nun jauh di sana di hadapan mereka
Nampak pasukan raksasa gempitalah suaranya
Seratus pasukan gajah seratus pasukan
berkuda
Dipimpin oleh Patih Pralemba dan Patih
Angkasa
Mereka bersorak-sorai seraya berteriak berkata:
(25)
“Sudahlah lama kita tidak makan daging
manusia
Tentu akan terasalah enak dan lezat pula
rasanya
Hayo teman-teman kita santap bersama-sama,
Tentu daging mereka itu amat nikmat rasanya!
Kita habiskan saja sampai ke
tulang-tulangnya!”
(26)
Segala teriakaan dan perkataan pasukan
raksasa
Didengar oleh prajurit Raden Samba
Prawirajaya
Maka segala prajurit dan hulubalangpun
segera
Menghadap bersembahlah pada Raden Samba:
“Ya tuan, pasukan raksasa itu sudah serang
kita!”
(27)
“Ya, aku melihatnya!” jawab Raden Samba.
Maka
Ia pun segera memberi perintah aba-aba
kepada
Sang Begawan Karanda Dewa, Suranata, Surama
Dan seluruh pasukan seranglah pasukan
raksasa:
“Wahai Paman, peritahkan kepada pasukan kita
(28)
Agar perangi, basmi pasukan raksasa
Trajutrisna
Pimpinanlah Patih Pralemba dan Patih
Angkasa!”
Maka Karanda Dewa, Suranata, Surama berkata,
Segera bertitah kepada segenap pasukan
segera
Bergeraklh menyerang seluruh pasukan raksasa:
(29)
“Wahai seluruh pasukan Dwarawati yang
perkasa,
Hayo perangi dan basmilah para raksasa
angkara
Yang telah porakporandakan tempat suci agama
Dan bunuh binasakan banyak begawan pertapa
Di atas gunung Jingga Biru dan gunung
angkasa!”
(30)
Maka serentaklah mereka pasukan Raden Samba
Bergerak menuju ke medan yuda seraya
berkata:
“Kami siap tuan, perangi raksasa angkara
murka!”
Raden Samba dengan keretanya berada di muka
Di kawal Begawan Karanda, Suranata, dan
Surama
(31)
Sementara ada empat ratus hulubalang di muka
Naiklah gajah lengkap dengan segala
senjatanya
Pun disertai empat ratus prajurit bersenjata
gada
Pasukan berkuda dikepalai Suranata dan
Surama
Kawal di kiri dan kanan Raden Samba
Prawirajaya
(32)
Sedang begawan Anggi, Begawan Karanda Dewa
Kepalai masing-masing seratus begawan
pertapa
Posisi ada
di belakang Raden Samba Prawirajaya
Mereka Naiklah ke kereta lengkap dengan
senjata
Saktinya yang berupa matahari berkilau
sinarnya
(33)
Pendeklah cerita pasukan gajah yang ada di
muka
Merekapun bentrok dengan para pasukan
raksasa
Kedua pasukan pun bertempur dengan sengitnya
Nampak pasukan raksasa begitu kasar
tandangnya
Merekapun bersorak tertawa, seraya berucap kata:
(34)
“Ha, ha, baru kali ini aku kenyang makan
manusia!”
Maka raksasa itu lempari pasukan Raden Samba
Dengan batu-batu besar sebesar kepala
manusia
Hingga banyak prajurit Samba pecah kepalanya
Hal ini membuat Sang Surama beranglah
hatinya
(35)
Maka Surama masuk obrak-abrik pasukan
raksasa
Dengan gadanya dipukulnya para prajurit
raksasa
Hingga prajurit raksasa pun banyak yang
perlaya
Hal ini membuat Patih Pralemba marahlah
jadinya
Patih pralemba pun dekati Surama seraya
berkata:
Bersambung Pupuh 13
Senin,
30 September 2018
Pukul
: 05:20 WIB
REFERENSI
:
Balai
Pustaka, “Sang Boma”
Penerbit
: Balai Putaka 1978
Tidak ada komentar:
Posting Komentar