Jumat, 05 Oktober 2018

Ki Slamet Priyadi: "SANG BOMANTARA" Pupuh 12

Blog Slamet Priyadi : "Sajak Puisi Ki Slamet 42"
Sabtu, 06 Oktober 2018 - 05:00 WIB


Bomantara

Ki Slamet Priyadi 42 :
“SANG  BOMANTARA”
Pupuh X1I ( 1-35 )

12.   Pertempuran Di Gunung Jingga

(1)
Alkisah Raden Samba beserta segala pasukannya
Yang sedang berbicara di salah satu tenda utama
Bersama Begawan Karanda Dewa, Sang Suranata,
Dan Sang Surama beserta semua  prajurit kepala
Di datangi oleh seorang prajurit telik sandi yuda

(2)
Maka melapor kepada Raden Samba Prawirajaya:
“Lapor tuan Pangeran, prajurit raksasa Trajutrisna
Dipimpin oleh Patih Pralemba, dan Patih Angkasa
Dengan seratus pasukan gajah dan pasukan kuda
Akan serang pasukan kita saat bulan sepenggala!”

(3)
Mendengar berita iti, maka berkata Raden Samba
Kepada Begawan Karanda, Suranata dan Surama:
“Paman semua, sebaiknya kita bertahan dulu saja
Dan perintahkanlah kepada seluruh pasukan kita
Agar semua bersiaga menyiapkan segala senjata!”

(4)
“Baik Raden, segala titah patik laksanakan segera.”
Jawab Begawan Karanda Dewa, Suranata, Surama
Maka mereka pun segeralah perintahkan kepada
Seluruh  prajurit Dwarawati yang sedang berada
Di tenda-tenda siapkan senjata. Berkata Surama:

(5)
“Seluruh prajurit Dwarawati yang gagah perkasa,
Semuanya berkumpullah disini,  sekarang juga!“
Berkata Surama dengan kerasnya ba’ aum singa
Setelah semua berkumpul di depan tenda utama
Maka berkatalah Surama kepada Raden Samba:

(6)
“Seluruh prajurit telah berkumpul di depan tenda
Hamba persilahkan Raden Samba menjumpainya
Untuk beri bekal semangat kepada pasukan kita.”
“Oya, baiklah!”  Jawab Raden Samba Prawirajaya,
Seraya beranjak dari duduknya keluar dari tenda

(7)
Nampak sekali betapa wibawanya Raden Samba
Di hadapan prajuritnya yang sudahlah siap siaga
Raden Samba menolehkan kepalanya ke segala
Arah menatap seluruh pasukannya lalu berkata:
“Wahai prajurit Dwarawati yang gagah perkasa,

(8)
Sebentar ini, atau  jelang purnama sepenggala
Kita akan bertempur melawan pasukan raksasa
Bersiap-siaplah, hunus senjata kalian semuanya
Keluarkanlah kemampuan kalian dalam yudha.
Ingat, yang kalian hadapi para prajurit raksasa!

(9)
Mereka amat buas, liar tak indahkan tata yudha
Apakah kalian semua rela gugur di medan laga
Demi untuk negara, bangsa, dan agama kita ?”
“Patik ikhlas teteskan darah korbankan nyawa!”
Mendengar jawaban prajuritnya, Raden Samba

(10)
Melanjutkan pesannya: “Baik terimakasih semua,
Hai prajurit Dwarawati yang gagah nan perkasa
Kita memang haruslah berjuang sekuat tenaga
Berkorban nyawa demi musnahkan para raksasa
Yang sudah bunuhbinasakan pemangku agama

(11)
Para pertapa di gunung jingga, gunung Angkasa
Dan hancurkan tempat iabadah suci agama kita!”
Demikianlah pesan penyemangat Raden Samba
Kepadalah seluruh prajuritnya dengan kata-kata
Yang amatlah memukau dan penuhlah wabawa

(12)
Berita tentang akan adanya penumpasan raksasa
Oleh pasukan Dwarawati dipimpin Raden Samba
Telah tersebar di kalangan para begawan pertapa
Dan itu buatlah para begawan pertapa yang ada
Di gunung Jingga, gunung Angkasa suka hatinya

(13)
Maka kata Begawan Anggi kepada Raden Samba:
“Raden, sekarang hamba mohon diturutkan serta
Dalam pasukan Raden menumpas angkara murka
Yang telah banyak binasakan para kaum pertapa
 di atas gunung Jingga Biru dan gunung Angkasa!”

(14)
Tanpalah menunggu jawaban dari Raden Samba,
Begawan Anggi hampiri Begawan Karanda Dewa
Dan pertapa lainnya yang siap degan senjatanya
Setelah itu, Raden Samba naik ke atas keretanya
Berangkat dikawal oleh Begawan Karanda Dewa,

(15)
Begawan Anggi, dan besertalah semua pertapa
Naiklah ke atas keretanya,  kawal Raden Samba
Beserta seluruh pasukan menuju gunung Jingga
Tiba di atas gunung, bayu tiup sepoi-sepoi basa
Guruh-guntur berbunyilah antara ada dan tiada

(16)
Dari gunung Jingga,  nampak puncak Raja Warna
Teramat tinggi melebihi tingginya gunung Jingga
Pun amatlah indah elok nan permai pula rupanya
Konon, itulah tempat Arjuna bertapa saat digoda
Oleh Caku Aca, Maha Dewa penguasa Raja Wana

(17)
Segala macam bunga-bunga asri beraneka warna
Segala macam pohon pun tumbuh di Raja Warna
Bermacamlah buah ranumnya menggugah selera
Burung-burung berterbangan bersuka ria laksana
Sedanglah elu-elukan  Raden Samba Prawirajaya

(18)
Kata yang empunya cerita, setelah Raden Arjuna
Selesaikanlah bertapanya di  gunung Raja Wana,
Batara Kamajaya jadikan tempat itu ‘tuk bersuka
Sebulan sekali dia turun bermain-main bersama
Sama Sang bidadari-bidadari darilah Indera loka

(19)
Maka jika siapa saja lihat kejadian sebegitu rupa
Di atas gunung Raja Warna, akan rawan hatinya
Syahdan ketika dalam perjalanan, Raden Samba
Berbelok arah menuju arah gunung Melawi Sela
Yang hutannya begitu elok nan permai rupanya

(20)
Setelah sekian lamanya melewati hutan belantara
Tampak di hadapannya padang luas tiada terkira
Raden Samba bertanya pada  Begawan Karanda:
“Paman Begawan Karanda Dewa sekian lama kita
Berjalan akan bersuakah kita ini dengan raksasa?”

(21)
Begawan Karanda Dewa pun menjawab segera:
“Ya Raden Samba Prawirajaya, pada rasa hamba
Beberapa saat lagi kita pun  akan bertempur jua
Dengan raksasa, Patih Pralemba dan Patih Wira
Dan raksasa lainnya itu, tiadalah jauh antaranya

(22)
Sebab tempat mereka itu ‘lah diketahui hamba!”
Mendengar penjelasan Begawan Karanda Dewa,
Raden Sambapun perintahkanlah Sang Suranata
Dan Sang Surama. Maka berkata Raden Samba:
“Paman, perintahkanlah segenap prajurit yudha,

(23)
Agar segeralah siapkan segala senjata yang ada
Dan naiklah ke atas keretanya,  oleh karena kita
Akan bersua bertempur dengan prajurit raksasa.”
Maka, Suranata dan Surama pun keras beruara
Perintahkan para prajuritnya agar bersiap siaga:

(24)
“Wahai Prajurit Dwarawati yang gagah perkasa,
Hayolah segera hunuslah senjata kalian semua,
Sebentar lagi kita bertempur melawan raksasa,
Jangan gentar, mari hancurkan angkara murka!”
Pekik suara Suranata, Surama memberi aba-aba

(25)
Sementara nun jauh di sana di hadapan mereka
Nampak pasukan raksasa  gempitalah suaranya
Seratus pasukan gajah seratus pasukan berkuda
Dipimpin oleh Patih Pralemba dan Patih Angkasa
Mereka bersorak-sorai seraya  berteriak berkata:

(25)
“Sudahlah lama kita tidak makan daging manusia
Tentu akan terasalah enak dan lezat pula rasanya
Hayo teman-teman kita santap bersama-sama,
Tentu daging mereka itu amat nikmat rasanya!
Kita habiskan saja sampai ke tulang-tulangnya!”

(26)
Segala teriakaan dan perkataan pasukan raksasa
Didengar oleh prajurit Raden Samba Prawirajaya
Maka segala prajurit dan hulubalangpun segera
Menghadap bersembahlah pada Raden Samba:
“Ya tuan, pasukan raksasa itu sudah serang kita!”

(27)
“Ya, aku melihatnya!” jawab Raden Samba. Maka
Ia pun segera memberi perintah aba-aba kepada
Sang Begawan  Karanda Dewa, Suranata, Surama
Dan seluruh pasukan seranglah pasukan raksasa:
“Wahai Paman, peritahkan kepada pasukan kita

(28)
Agar perangi, basmi pasukan raksasa Trajutrisna
Pimpinanlah Patih Pralemba dan Patih Angkasa!”
Maka Karanda Dewa, Suranata, Surama berkata,
Segera bertitah kepada segenap pasukan segera
Bergeraklh menyerang seluruh pasukan raksasa:

(29)
“Wahai seluruh pasukan Dwarawati yang perkasa,
Hayo perangi dan basmilah para raksasa angkara
Yang telah porakporandakan tempat suci agama
Dan bunuh binasakan banyak  begawan pertapa
Di atas gunung Jingga Biru dan gunung angkasa!”

(30)
Maka serentaklah mereka pasukan Raden Samba
Bergerak menuju ke medan yuda seraya berkata:
“Kami siap tuan, perangi raksasa angkara murka!”
Raden Samba dengan keretanya berada di muka
Di kawal Begawan Karanda, Suranata, dan Surama

(31)
Sementara ada empat ratus hulubalang di muka  
Naiklah gajah lengkap dengan segala senjatanya
Pun disertai empat ratus prajurit bersenjata gada
Pasukan berkuda dikepalai Suranata dan Surama
Kawal di kiri dan kanan Raden Samba Prawirajaya

(32)
Sedang begawan Anggi, Begawan Karanda Dewa
Kepalai masing-masing seratus begawan pertapa
Posisi ada  di belakang Raden Samba Prawirajaya
Mereka Naiklah ke kereta lengkap dengan senjata
Saktinya yang berupa matahari berkilau sinarnya

(33)
Pendeklah cerita pasukan gajah yang ada di muka
Merekapun bentrok dengan para pasukan raksasa
Kedua pasukan pun  bertempur dengan sengitnya
Nampak pasukan raksasa begitu kasar tandangnya
Merekapun bersorak tertawa, seraya berucap kata:

(34)
“Ha, ha, baru kali ini aku kenyang makan manusia!”
Maka raksasa itu lempari pasukan Raden Samba
Dengan batu-batu besar sebesar kepala manusia
Hingga banyak prajurit Samba  pecah kepalanya
Hal ini membuat Sang Surama beranglah hatinya

(35)
Maka Surama masuk obrak-abrik pasukan raksasa
Dengan gadanya dipukulnya para prajurit raksasa
Hingga prajurit raksasa pun banyak yang perlaya
Hal ini membuat Patih Pralemba marahlah jadinya
Patih pralemba pun dekati Surama seraya berkata:

Bersambung Pupuh 13

 

Senin, 30 September 2018
Pukul : 05:20 WIB
REFERENSI :
Balai Pustaka, “Sang Boma”
Penerbit : Balai Putaka 1978

Tidak ada komentar:

Posting Komentar