Blog Ki Slamet : Sajak dan Puisi Ki Slamet 42
Sabtu, 16 April 2016 - 13:45 WIB
Sabtu, 16 April 2016 - 13:45 WIB
Tewasnya Dursasana |
“TEWASNYA
DURSASANA”
Karya : Ki Slamet 42
Sang
Dursasana melompat dengan waspada
Genggamlah panah besar sakti bernama bhalla
Panah sakti
bhalla melesat cepat ke angkasa
Pancarkan kobaran api mengarah tubuh Bima
Hingga Bima putera Bayu pun jatuh terkesima
Tapi Bima cepat sadar dengan keadaan dirinya
Dia pun segera bangkit berdiri dengan perkasa
Kobaran api
bhalla tiada bisa bakar tubuhnya
Dengan tandang sebat balas serang Dursasana
Terjadilah perang tanding di antara keduanya
Keduanya nampaklah garang, saling menyerang
Saling bersiasat,
bahkan gunakan cara curang
Bima kembali serang Dursasana dengan garang
Tiada orang
bisa menghalang Bima bertandang
Hingga bumi jadi terasa bergoyang berguncang
Kepada Dursasana,
Bima bersesorah gancang
Suaranya keras laksana suara guntur di awang
Buat Dursasana jantungnya berdetak kencang
Timbul rasa kecut, takut pikirannya melayang
Namun ia
berupaya agar hatinya tetap tenang
“Wuakh... kau
Dursasana, manusia licik curang
Yang pintarnya cumalah
mengganggu istri orang
Beraninya kau melawanku
tetapi, terus terang
Aku senang bisa
cepat buat nyawamu melayang
Dan, minum darahmu
dengan perasaan senang”
Bima cepat melompat dari gajah yang ditunggang
Hampiri Dursasana yang telah waspada memang
Dengan gerak Bima yang dengan ganas menyerang
Maka, Dursasana
cepat hindari serangan garang
Bima
yang tak alang kepalang dengan balik serang
Dursasana
pun melempar tombaknya ke arah Bima
Seraya
berkata dengan kata ejekan yang menghina:
“Ha, ha, ha, ha ... kau kah itu Bima, si Werkudara
Bukankah kau ini budakku yang telah minggat
lama
Dulu hampir saja aku jamah itu istrimu yang
jalang”
Bima
menangkap tombak yang dilempar Dursasana
Lalu
dipatahkannya tombak itu hingga menjadi dua
Melihat
itu Dursasana berlari ngacir kecut hatinya
Bima tangkap Dursasana dengan jambak rambutnya
Dijambak Bima, Dursasana sama sekali tak berdaya
Dursasana cuma bisa pukul kiri, pukul kanan saja
Menendang dengan kakinya tanpa bisa kenai Bima
Seketika itu Bima injak muka dan badan Dursasana
Sehingga tubuhnya memar, bengkak-bengkak semua
Dursasana membalas, tapi Bima terus menginjaknya
Ketika itu Sangkuni dan Suyudana majulah ke muka
Dengan sengit mereka menyerang menggempur Bima
Tetapi Bima, dapatlah
dengan mudah mengatasinya
Bahkan Bima menghadapinya sambil tertawa-tawa
Sementara Arjuna, Nakula, Sadewa membantu Bima
Tanpa hiraukan keadaan sekelilingnya Bima berkata:
“Wahai semua,
khususnya dewa yang jelma di dunia!
Lihatlah aku,
Bima yang akan segera penuhi janjinya
Di tengah-tengah medan pertempuran ini, bahwa
Aku akan menghirup,
meminum darah Dursasana!”
“Dan, ini hari
terakhir Drupadi menggerai rambutnya
Rasakan akibat perbuatan
jahatmu, wahai Dursasana
yang tidak sopan
telah membuat malu Dewi Drupadi
Percuma kau berupaya lepas dengan meronta-ronta
Meski kau berupaya bangkit lagi kau tak akan bisa!
Setelah
berkata demikian, Bima meringkus Dursasana
Cengkeram
perutnya lalu dengan kuku pancanakanya
Robek
perut dada Dursasana hingga robek menganga
Lalu
Bima pun menghirup meminum darah Dursasana
Yang
muncratlah dari luka robek di perut dan dada
Maka
Dursasana tewas regang nyawa di tangan Bima
Ketika minum darah Dursasana, Bima tarik ususnya
Hingga terburai ke luar dari dalam perut Dursasana
Perilaku Bima lampiasan
dendam kepada Dursasana
Yang telah membuat malu Dewi Drupadi begitu tega
Kp. Pangaran,
Bogor
Sabtu, 16 April
2016 – 13:10 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar