Rabu, 17 Juni 2015

DUA BUAH PUISI KARYA KI SLAMET 42


“HENING CIPTA PIJAKAN ROHANI JIWA”
Karya: Ki Slamet 42

Samadi adalah hening cipta tuk mencari sasmita
Perihal warta batin di masa lampau dan di muka
Untuk dijadikan kuatnya dasar pijak rohani jiwa
Dalam hadapi bermacam godaan alam mayapada
Dimana kemewahan harta adalah derajat utama

Tetapi manusia acapkali seringlah lupa dan alpa
Sangat gandrung bahkan menjadi linglung harta
Melakukan kekutug, sesaji dan membakar dupa
Memohon kepada para lelembut dan roh Tetua
Agar ajeg terjaga segala derajat kewahan dunia

Berkasak-kusuk di belakang menusuk cari muka
Pandai bersilat lidah, dan berlembut tutur kata
Berkumat-kamit mantrai aji mumpung jala sutra
Agar semua tak berkutik tak bisa buat apa-apa
Terbelenggu dalam kelemahan atas pengaruhnya

Padahal hidup di alam maya hanyalah sementara
Segala harta, kemewahan, dan jabatan kan sirna
Yang hanya nikmat di awalnya, samsara akhirnya
Maka janganlah berbangga dan berbusung dada
Pabila Tuhan murka yang kau miliki sirna semua

Maka bersamadilah berhening cipta cari sasmita
Renungkan segala perilaku lampau  nan angkara
Untuk melangkah ke depan dalam putihnya jiwa
Terejawantah di  dalam tingkah polah laku raga
Yang selalu akan memancar di mana saja berada

Bumi Pangarakan, Bogor
Rabu, 17 Juni 2015 – WIB


“DIGANGGU HANTU JAIL”
Karya: Slamet Priyadi

Di Saat aku terjaga dari tidur lelap di perut malam
Aku buka sedikit gordyn jendela, gulita mencekam
Mataku menatap ke luar, di sana ada bayang hitam
Berkelebat di antara pepohonan, hati terasa seram

Tiba-tiba ada suara ba’ benda jatuh di atas genting
Jatuh tepat menggelinding seperti ada  di  samping
Perasaan seram, membuatku takut jalan berkeliling
Maka aku biarkan saja lanjutkan tidur juput guling

Jam dua tengah malam, saat aku sedang tulis puisi
Ada suara seperti memanggil nama istriku satu kali
Dari luar rumah sambil ketuk pintu dapur tiga kali
“Bu! Tok, tok, tok,” persis suara anakku yang pergi

Maka aku segera bangkit,  langkahkan kedua kaki
Menuju dapur ‘tuk buka pintu yang masih dikunci
Lalu kubuka pintu dapur, tetapi apa yang terjadi?
Di  luar tak ada siapa-siapa, bulu kudukku berdiri

Sudah tiga hari ini, setiap pukul dua tengah malam
Hantu jail, ganggu aku terus di saat menulis kalam
Tapi, ekspresi rasaku tentu tak akan bisa diredam
Hanya dengan menteror jiwa agar terus terpendam

Bumi Pangarakan, Bogor
Minggu, 14 Juni 2015 – 11:WIB






Tidak ada komentar:

Posting Komentar