“MISTERI ORANG
GILA”
Karya: Ki Slamet 42
Orang gila tua itu
bertubuh kurus dan kumal
Wajah lusuh penuh
peluh kotor dan berdaki
Rambut gimbal dipenuhi debu menggumpal
Berbaring di emper toko Indomaret yang sepi
Di tepi jalan macet jalan raya Ciawi-Sukabumi
Sejak aku mulai
berangkat kerja pagi hari tadi
Hingga sampai aku pulang kerja di sore hari ini
Orang gila itu masih tak pernah beranjak pergi
Tak ada satu pun orang mau peduli dan empati
Pada orang gila
itu yang nampak kurus kering
Sementara Jalan Raya Ciawi-Sukabumi sore hari
Kemacetan kendaraan semakinlah menjadi-jadi
Dipenuhi ratusan
kendaraan kampanye legislasi
Yang berputar lalu balik arah sampai berkali-kali
Di sela-sela kendaraan orang gila itu aku hampiri
Aku sapa orang gila itu tapi tetap diam membisu
Hanya matanya saja yang mendelik menatapku
Seperti heran ada orang
yang memperhatikan
Dengannya orang gila yang tiada bermasa depan
Di emper toko Indomaret SPN Lido tanpa teman
Berapa saat kemudian ia pun duduk
senderan
Masih diam matanya menatap kosong ke depan
Tiada peduli macet dan suara bising kendaraan
Meski Hatiku berdebar gentar ada rasa sungkan
Ku beranikan duduk di sisiya ajukan pertanyaan
“Sedari pagi di sini, apakah bapak sudah makan ?”
Orang tua gila itu tetap diam tak jawab pertanyaan
Hanya menggeleng-gelengkan kepalanya perlahan
Dan, kuambil dari dalam tas nasi rames bungkusan
Lalu kepada orang tua gila itu nasi rames kuberikan
Pak, ini ada sebungkus nasi rames, silahkan dimakan
Orang gila tetap diam kepalanya digeleng-gelengkan
Berkata dengan terbata-bata, suara bicaranya pelan
Nak, terimakasih atas segala kebaikan dan perhatian
Tapi sungguh, bapak
sudah tak butuh makan, nak !
Dengar jawaban seperti itu, aku benar-benar heran
Dan menjadi tak habis pikir, “oya... begitukah, pak?
Jikalau demikian, ini ada sedikit uang untuk bapak,
Barangkali ini akan bermanfaat untuk bapak kelak!
Aku ambil uang seratus
ribu dari dalam dompetku
Lagi-lagi, aku menjadi
dibuat heran tak habis pikir
orang gila tua itu tolak uang dariku seraya berkata,
“Nak, terimakasih! Bapak sudah tak butuh apapun
Dan baiknya, berikan saja uang itu untuk keluarga
Semoga anak diberikan rizqi berlimpah dari Tuhan”
“Jika demikian adanya, saya mohon maaf, lho pak!
Atas sikap saya telah membuat bapak tersinggung
Rumah saya di dekat
sini pak, saya kembali dulu.”
“Oya, terimakasih
atas perhatiannya, selamat jalan!
Setelah berkata demikian itu, aku pun segera berlalu
Tapi baru tiga langkah kutinggalkan orang tua gila itu
Seorang yang melihatku berbicara bertanya padaku,
“Maaf, pak! Tadi bapak sepertinya bicara sendirian,
Dengan siapakah
tadi bapak berbicara di emper itu?”
Mendengar pertanyaan itu, aku jadi terheran-heran
Dan, aku menjadi benar-benar heran dan penasaran,
Segera menoleh ke belakang tatap ke arah emperan
Tempat tadi aku menyapa, bicara dengan orang gila
Dan di sana, aku melihat memang tak ada siapa-siapa
Aku tak habis pikir, merasa heran dan bertanya-tanya
Sebenarnya, siapakah dan kemanakah orang tua gila
yang hilang lenyap begitu saja, pergi entah ke mana?
Orang yang bertanya kepadaku geleng-geleng kepala
Sementara aku berdiri terpaku jadi melongo terpana
Sejenak baru aku menyadari dengan apa yang terjadi
Hi hi hi, aku
jadi tertawa sendiri merasa geli dalam hati
Karena ternyata aku sendiri yang menjadi orang gilanya
sebab duduk sendiri dan bicara sendiri di emperan toko
Persis di depan
gapura Sekolah KepolisianNegara, Lido
Hingga kini orang gila itu keberadaannya masih misteri
Bumi Pangarakan,
Bogor
Sabtu, 06 Juni
2015 – 02:30 WIB