“DI ATAS SEBONGKAH BATU”
Karya: Slamet Priyadi
Sudah sembilan jam sembilan menit sembilan detik menanti
Namun kau belum juga mau muncul tampakkan rupa di sini
Dan, hanya suasana gulita
itu yang temani aku dalam sunyi
Berkawan sepi di malam nan kelam hingga pukul empat pagi
Purnama, Lintang, lupakah kau pada janji yang kita sepakati
Bahwa kau berdua akan
datang menemaniku di malam hari
Sementara karibmu sang Mentari tak jua muncul sedari pagi
Dan, aku merasa bagai berada di alam yang kosong dan sepi
Di atas sebongkah batu sebesar gajah di tengah-tengah kali
Aku lentang berbaring lalu duduk bersila mesu diri pati geni
Tanpa cahaya, tanpa suara di tengah alam aku berserah diri
Dalam suana hening, gelap pekat, hitam kelam raibkan emosi
Saat wajah tengadah ke langit tanpa rona ada berkas cahaya
Berkelebat panjang berwarna merah kuning biru berupa-rupa
Menebar menyebar berpencar tersebar menghiasi jagad raya
Dan, sang Lintang,
Purnama puteri, munculkan wajah muka
Wajah jadi berbinar-binar, hatipun jadi bersinar-sinar merasa
Kehampaan, kegelapan, kekosongan dalam alam tanpa cahaya
Kembali benderang sang Mentari pagi pun sebarkan sinarnya
Yang segarkan, hidupkan
dan normalkan kembali marcapada
Tuhan, terimakasih atas
segala kasih, nikmat, dan karunia!
Rabu, 22 April 2015 WIB
Slamet Priyadi di
Pangarakan, Bogor
Tidak ada komentar:
Posting Komentar