Sabtu, 10 November 2018

Ki Slamet Priyadi 42 : "SANG BOMANTARA" Pupuh 20

Blog Ki Slamet Priyadi 42 :
"Sajak Puisi Slamet Priyadi" 
Minggu, 11 Nopember 2018 - 07:01 WIB

 
BOMANTARA
Ki Slamet Priyadi 42 :
“SANG  BOMANTARA”
Pupuh XX ( 1-45 )

20.  Raden Samba Bertemu Dewi Nila Utama

(1)
Diceritakan pada suatu malam Dewi Januati bersama
Dewi Puspa Wati Dewi Nila Utama dan Dewi Supraba
Tidur bersama-sama dalam satu balai nan indah rupa
Dalam tidurnya itu Dewi Januati mimpi tidur bersama
Dengan Darma Dewa, saat terjaga terkejutlah dirinya

(2)
Karena Darma Dewa sudah tiadalah ada lagi di sisinya
Ia menoleh ke kiri dan ke kanan mencari Darma Dewa
Akan tetapi sang pujaan hati tiadalah juga didapatinya
Menyadari cuma bermimpi ia pun menangis sejadinya
Hingga jatuh pingsan tiadalah sadar lagi akan dirinya

(3)
Melihat itu Dewi Puswati pun segera urut keningnya
Sedangkan Dewi Nila Utama mengurut pinggangnya
Sementara Dewi Supraba memijitlah kedua  kakinya
Maka Dewi Nila Utama pun bertanya seraya berkata:
“Duh tuan puteri,  apakah sebabnya tuan puteri bisa

(4)
Jadi pingsan tak sadarkan diri sedemikianlah rupa?”
Siapa yang datang dalam tidur tuan puteri kiranya?”
Berkata Dewi Puspa Wati. Maka kata Dewi Supraba:
“Hendaknya katakanlah sejujurnya kepada kakanda
Janganlah sampai tuan puteri terus menangis saja?”

(5)
Oleh arena jika tuan puteri teruslah menangis saja
Tentu masalahnya tak akan ada penyelesaiannya!”
Setelah Dewi Januati menceritakan ihkwal segala
Maka diketahuinyalah oleh ketiga bidadari bahwa
Dewi Januati itu mimpi berahi  pada Darma Dewa

(6)
Berkatalah Dewi Nila Utama pada Dewi Supraba:
“Kita haruslah rahasiakan peristiwa ini jangan ada
Yang tahu sebab jika sampai diketahui Raja Boma
Niscaya kita semua, pastilah akan dibinasakannya
Apabila ada dayang yang masuk bertanyakan dia

(7)
Katakan, bahwa tuan puteri sedang sakit adanya
Tak mau ada orang lain datang mengganggunya
Maka biarkan saya dan dinda Dewi Supraba saja
Yang temani dan tunggui Dewi Januati berdua!”
 Lalu Dewi Puspa Wati pun keluar seraya berkata:

(8)
 Ya, jika demikian saya menunggu pintu gapura!”
Maka seperti yang dipesankan Dewi Nila Utama,
Siapa saja yang datang,  bahkan Raja Bomantara
Sekalipun yang hendak masuk tiada diizinkannya
Tetapi sakit Dewi Januati semakin bertambah jua

(9)
Hal ini tentunya membuat hati Dewi Nila Utama
Dan Dewi Supraba jadi  semakin gundah-gulana
Maka Dewi Nila Utama buatkan air mawar bunga
Lalu usapkan ke wajah Dewi Jnuati yang seketika
Sadar kemudian duduk menangis seraya berkata:

(10)
“Ya kanda Darma Dewa, kemanakah jua kakanda
Pergi tinggalkanlah dinda yang rasakan duka lara.”
Dewi januati mencari-cari Darma Dewa tapi tak jua
Didapatinya yang ada di situ hanya Dewi Nila Utama
Dan Dewi Supraba yang selalu setialah menhiburnya

(11)
Maka Dewi Januati tambahlah sedih menangis pula
Seraya menyebut-nyebut nama Sang Darma Dewa
Melihat kelakuan Dewi Januati terlalu bermanja ria
Dewi Nila Utama dan Dewi Supraba seballah hatinya
Tetapi sesungguhnya mereka tahu jika Darma Dewa

(12)
Itu telah menjelma menjadilah putera Betara Kresna
Tiadalah lain  dia bernama Raden Samba Prawirajaya
Maka keduanya bertanya pada Dewi Januati: “Dinda,
Katakanlah kepada kakanda berdua ini, siapakah dia
Yang telah dinda sebut-sebut dalam mimpi dinda?”

(13)
Maka Dewi Januati pun menjawab: “Ya kanda berdua
Sesungguhnyalah kakanda berdua ini  tahu akan dia
Sewaktu dahulu kita berada bersama  di taman Tirta
Salinglah memadu cinta dinda dengan Darma Dewa
Sedang kanda berdua dengan Suranata dan Surama!”

(14)
Demi mendengar kata-kata dari Dewi Januati, maka
Dewi Nila Utama berkata: “Jikalah demikian kakanda
Akan pergi ajaklah kanda Raden Samba Prawirajaya
Agar mau datang ke tempat ini menjumpai adinda!”
“Ya kanda, cepat bawa Kanda Raden Samba segera!”

(15)
Selanjutnya Dewi Nila Utama pun mohon diri pada
Dewi Januati dan Dewi Supraba lalu ia pergi segera
Terbang ke udara jumpai Raden Samba Prawirajaya
Yang kini berada di gunung tenunan bersama-sama
Sang Begawan Karanda Dewa dan Patih Suranata

(16)
Pendek cerita,  maka sampailah Dewi Nila Utama
Di gunung Tenunan lalu ia pun masuklah segera
Ke dalam balai gading itu, maka nampak di sana
Raden Samba sedang dilanda sakit pula rupanya
Di temani Begawan Karanda Dewa Dan Suranata

(17)
Melihat  Dewi Nila Utama menghampiri mereka
Maka Begawan Karanda Dewa pun menyapanya:
“Wahai Sang Bidadari, ada berita apa hingga tiba
Di tempat ini bagaikan orang kebingungan saja?”
Maka berkatalah Sang Bidadari Dewi Nila Utama:

(18)
“Hamba dititahkan Dewi Januati jemput suaminya
Darma Dewa yang tiada lain ialah Raden Samba!”
Maka  seketika  Begawan Karanda Dewa berkata:
“Hai Dewi Nila Utama, kau lihatlah Raden Samba
Sebab ia telah melihat gambar Sang Dewi Darma

(19)
Pun telah membaca surat darinya menjadi murca
Tiada mau makan dan minum hanya Dewi Darma
yang selalulah diingat-ingat dan  dirindukannya!”
Melihat keadaan Raden Samba yang murca pula
Maka Bidadari Nila Utama hampiri Raden Samba

(20)
Lalu ambil air mawar disapukan ke wajah Samba
Pun pada jemari kakinya, maka seketika itu juga
Raden Samba pun tersadarlah daripada tidurnya
Demi melihat di depannya ada Dewi Nila Utama
Maka ia pun bangun lalu duduk seraya bertanya:

(21)
“Siapakah dinda ini, sungguh saya tak ingat dinda?”
Maka sahut Dewi Nila: ”Hamba ini Dewi Nila Utama
Hamba datang kemari diperintah oleh Dewi Darma
Yang bukan lain Dewi Januati puteri Prabu Jantaka
yang tewaslah dibunuh oleh Maharaja Bomantara!”

(22)
Dewi Nila Utama pun melanjutkan keterangannya:
“Lalu Dewi Januati diboyong oleh Maharaja Boma
Ke negeri Trajutrisna, meski ia dibuatkanlah istana
Tiadalah bisa ia didekati oleh Maharaja Bomantara
Sebab cintanya hanya teruntuk Raden Samba saja

(23)
Saat ini pun dinda Dewi Januati sedang murca pula
Oleh karena  teramatlah merindukan Raden Samba
‘Tuk itu hamba diutus kemari jemput Raden Samba
Agar bisalah ia lepas dari cengkeraman Raja Boma!”
Mendengar itu meneteslah airmata Raden Samba

(24)
Maka berkata Raden Sama pada Dewi Nila Utama:
“Duhai Nila Utama, adapun dahulu saya menjelma
 Saya dipanggil oleh Sang Betara Wisnu maka saya
Tinggalkan Dewi Januati disaat dia dalam tidurnya
Tapi jika sekarang tiada hamba temui Dewi Darma

(25)
Maka tiada saya kembali ke negeri Dwarawati jua
Untuk menghdap ayahanda Prabu Betara Kresna
Untuk itu saya akan ke gunung tenunan bertapa!”
Berkata Dewi Nila Utama: “Aduhai Raden Samba:
“Hamba datang kesinii diutus sang puteri Jantaka

(30)
Dewi Januati itu untuk membawa Raden Samba
Jika bersungguh hati Raden hendak menjumpainya
Marilah kita pergi bersama-sama sekaranglah juga
Sebab Maharaja Bomantara besertalah pasukannya
Saat ini mereka sedang pergi menyerang Suralaya!”

(31)
Raden Samba pun berkata pada Dewi Nila Utama:
“Nila Utama, saya tak mau indahkanlah Raja Boma
Beserta para patih, menteri hulubalang semuanya!”
“Ya Raden, hayo mari kita berjalan bersama-sama!”
Dewi Nila Utama ajaklah Samba berangkat segera

(32)
Demi mendengar itu maka Begawan Karanda Dewa
Dan Patih Suranata pun berupayalah mencegahnya
Maka kata mereka: “Duh, Raden Samba Prawirajaya
Janganlah kiranya Raden pergi dahulu, oleh karena
Hal ini belumlah diketahui ayahanda Betara Kresna

(33)
Sebaiknya kita kembali dahulu ‘tuk melapor kepada
Ayahanda Raden Baginda Raja Prabu Betara Kresna.”
Adapun tiada satupun kata Begawan Karanda Dewa
Dan Sang Patih Suranata itu didengar Raden Samba
Maka Patih Suranata pun bersembah seraya berkata:

(34)
“Ya Raden, bagaimana kiranya dengan Patih Surama
Dan dinda Dewi Tunjung Sari berikut dengan segala
Menteri dan hulubalang beserta para prajurit semua
yang saat ini dengan sabar menanti kehadiran kita?”
Maka kata Raden Samba: “Hai Paman Patih Suranata

(35)
Tiada saya membawa Dewi Tunjung Sari oleh karena
Saya akan kembali segera, dan paman Patih Surama
Bersama Paman Begawan Karanda Dewa sebaiknya
Tinggal di sini ikut menemani Paman Patih Surama
Menunggui dinda Dewi Tunjung sari, isterilah saya

(36)
Biarlah saya yang pergi bersama Dewi Nila Utama
Ke negeri Trajutrisna ‘tuk menemui Dewi Darma.”
Demi mendengar perkataan Raden Samba, maka
Begawan Karanda Dewa datang bersembah pada
Sang Raden Samba Prawirajaya serayalah berkata:

(37)
“Hai Raden Samba Prawirajaya junjungan hamba,
Bagaimanakah Raden pergi sendiri ke Trajutrisna
Jika kelaklah diketahui oleh Maharaja Bomantara
Niscaya Raden akan dibunuh, lalu apa kata saya
dan kami semua pada Ayahanda Betara Kresna?”

(38)
Maka kata Raden Samba: “Wahai paman semua,
Itu tiada mengapa, dan jangan khawatirkan saya
Jika memang sudah ajalku mati di tangan Boma
Tiada bisa saya tolak lagi, tapi percaya saja pada
Anugerah kadigjayaan yang diberikan ayahanda

(39)
Maka saya yakin bisa dan mampu mengatasinya!”
Setelah berkatalah demikian maka Raden Samba
Mengajaklah Dewi Nila Utama berangkat segera
Ke negeri Trajutrisna menemui Sang Dewi Darma
Dewi Januati, kekasih tercinta puteri Raja Jantaka

(40)
Begawan Karanda Dewa diam sejenak, lalu berkata:
“Baik Raden Samba, bila demikian, maka sebaiknya
Patih Surama membawa menteri hulubalang semua
Sedangkan paman berdua Patih Suranata di sini saja
Menemani dinda Dewi Tunjung Sari demi amannya!”

(41)
Setelah itu maka Patih Surama menghimpun segala
Menteri dan hulubalang dua ratus orang banyaknya
Setelah mohon diri kepada Begawan Karanda Dewa
Patih Suranata dan Dewi Tunjung Sari maka mereka
Berangkatlah semua jalan menuju negeri Trajutrisna

  
Minggu, 11 Nopember 2018
Pukul : 07:05 WIB
REFERENSI :
Balai Pustaka, “Sang Boma”
Penerbit : Balai Putaka 1978
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar