Sajak dan Puisi Ki Slamet 42
Senin, 28 Desember 2015 - 21:36 WIB
“KETIKA PIKIRAN
ITU TERTEKAN”
Karya : Ki Slamet 42
Al-kisah tertulislah cerita seorang
anak muda
Berkelana cari obat penyakit yang
dideritanya
Berpuluh warsa upaya sembuhkan
penyakitnya
Meski klinik penyembuhan yang ada di
kotanya
Semua sudahlah didatangi tapi tetap
tiada bisa
Maka iapun pergi tinggalkan kota
kelahirannya
Meninggalkan orang tua dan sanak
kadangnya
Sang ayah tahu betul dengan penyakit
anaknya
Yang bersumber dari gangguan otak syarafnya
Berupa rasa cemas yang bersemayam di
hatinya
Maka, ia biarkan saja anaknya pergi berkelana
Karena keputusan yang dipilihnya
mungkin saja
Justru akan bisa menenangkan
perasaan jiwanya
Yang selalu diganggu rasa cemas yang
melanda
Terdengarlah berita di daerah
putranya berada
Bahwa anak lelakinya itu belumlah
sembuh juga
Maka, setelah shalat tahajud di malam harinya
Sang ayah pun segera bergegas ke
meja tulisnya
Lalu tulis sepucuk surat untuk anak
lelakinya
Dengan kata-kata ajakan ‘tuk gunakan
nalarnya
Dalam mencarilah solusi pecahkan
masalahnya :
“Anakku, jauhlah sudah rumah kau
tinggalkan
Tapi kau tiada rasakan ada
perubahan, bukan?
Sebab kau pergi dengan bawa serta kecemasan
Penyebab satu-satunya kau rasakan kesakitan
Bukanlah tubuhmu yang sakit, bukan,
bukan !
Tapi pikiran-pikiranmu sendiri yang
kelewatan
Baga yang dipikirkan itu yang akan dirasakan.”
Setelah baca surat bapak, sang anak
jadi marah
Ia beranggapan, sang ayah tak
berempati sudah
Dengan penderitaannya hatinya
semakin gundah
Bersama ledak kemarahannya ia berkata
serapah
Tak mau temui ayah, tiada mau
kembali ke rumah
Ia terus melangkah telusuri jalan
yang licin basah
Sementara hujan turun semakin deras
tertumpah
Saat dia melihat ada masjid yang
dipenuhi jamaah
Dia hentikan langkah tatap jamaah
yang melimpah
Di dalam masjid ada pengajian tak
ragu melangkah
Maka dia pun masuklah duduk di sisi
para jamaah
Turut mendengarkan seorang ustadz bertaudziah
Kata-kata ustadz itu terdengarlah
jelas menggugah
Menelusup sejuk ke dalam jiwa nan
bermarwah :
“Barang siapa yang bisa menaklukkan dirinya sendiri,
Maka sesungguhnya
ia itu lebihlah perkasa dari
Para pahlawan yang menaklukkan kota !
Rasulullah
berwasiat :
“Orang –orang cerdik adalah mereka yang bisa
Kendalikan dirinya, sekaligus beramal ‘tuk bekal mati
Dia pun mulai
berpikir : “ceramah itu kenapa sama ?
Persis seperti apa
yang ditulis oleh ayah kemarin lusa
Dan pesan
ustadz itu pun terdengar lagi di telinga
:
“Untuk pertama kalinya di dalam
hidupku aku bisa
Melihat diriku yang sebenarnya , sesuatu yang dekat
Dengan diriku sendiri, yang aku tinggal begitu lama.”
Bumi Pagarakan,
Bogor
Senin, 28
Desember 2015 – 21:05 WIB
Referensi :
Dwi Budiyanto.2009. Prophetic Learning
[Menjadi Cerdas dengan Jalan Kenabian]
![“KETIKA PIKIRAN ITU TERTEKAN” Karya : Ki Slamet 42 Al-kisah tertulislah cerita seorang anak muda Berkelana cari obat penyakit yang dideritanya Berpuluh warsa upaya sembuhkan penyakitnya Meski klinik penyembuhan yang ada di kotanya Semua sudahlah didatangi tapi tetap tiada bisa Maka iapun pergi tinggalkan kota kelahirannya Meninggalkan orang tua dan sanak kadangnya Sang ayah tahu betul dengan penyakit anaknya Yang bersumber dari gangguan otak syarafnya Berupa rasa cemas yang bersemayam di hatinya Maka, ia biarkan saja anaknya pergi berkelana Karena keputusan yang dipilihnya mungkin saja Justru akan bisa menenangkan perasaan jiwanya Yang selalu diganggu rasa cemas yang melanda Terdengarlah berita di daerah putranya berada Bahwa anak lelakinya itu belumlah sembuh juga Maka, setelah shalat tahajud di malam harinya Sang ayah pun segera bergegas ke meja tulisnya Lalu tulis sepucuk surat untuk anak lelakinya Dengan kata-kata ajakan ‘tuk gunakan nalarnya Dalam mencarilah solusi pecahkan masalahnya : “Anakku, jauhlah sudah rumah kau tinggalkan Tapi kau tiada rasakan ada perubahan, bukan? Sebab kau pergi dengan bawa serta kecemasan Penyebab satu-satunya kau rasakan kesakitan Bukanlah tubuhmu yang sakit, bukan, bukan ! Tapi pikiran-pikiranmu sendiri yang kelewatan Baga yang dipikirkan itu yang akan dirasakan.” Setelah baca surat bapak, sang anak jadi marah Ia beranggapan, sang ayah tak berempati sudah Dengan penderitaannya hatinya semakin gundah Bersama ledak kemarahannya ia berkata serapah Tak mau temui ayah, tiada mau kembali ke rumah Ia terus melangkah telusuri jalan yang licin basah Sementara hujan turun semakin deras tertumpah Saat dia melihat ada masjid yang dipenuhi jamaah Dia hentikan langkah tatap jamaah yang melimpah Di dalam masjid ada pengajian tak ragu melangkah Maka dia pun masuklah duduk di sisi para jamaah Turut mendengarkan seorang ustadz bertaudziah Kata-kata ustadz itu terdengarlah jelas menggugah Menelusup sejuk ke dalam jiwa nan bermarwah : “Barang siapa yang bisa menaklukkan dirinya sendiri, Maka sesungguhnya ia itu lebihlah perkasa dari Para pahlawan yang menaklukkan kota ! Rasulullah berwasiat, “Orang –orang cerdik adalah mereka yang bisa Kendalikan dirinya, sekaligus beramal ‘tuk bekal mati Dia pun mulai berpikir : “ceramah itu kenapa sama ? Persis seperti apa yang ditulis oleh ayah kemarin lusa Dan pesan ustadz itu pun terdengar lagi di telinga : “Untuk pertama kalinya di dalam hidupku aku bisa Melihat diriku yang sebenarnya , sesuatu yang dekat Dengan diriku sendiri, yang aku tinggal begitu lama.” Bumi Pagarakan, Bogor Senin, 28 Desember 2014 – 21:05 WIB Referensi : Dwi Budiyanto.2009. Prophetic Learning [Menjadi Cerdas dengan Jalan Kenabian] Image "Ki Slamet 42" (Foto: SP)](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj5n2oG0AQhyjgB_9xkWB6spitdqpWYk9hGWbasBDtBwRuJT0173pDiiN6BXVqCU9BkkPZkGMz5pREidmNidiJeRSD0m4voSDTf4h_0lEhMhPhhEz2cR2iPFYLgXKXxU7S_58sYd9Opk3uR/s400/Mr.+Slamet.jpg)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar