Blog Ki Slamet : Sajak Puisi Ki Slamet 42
Kamis, 16 Juni 2016 - 19:24 WIB
Kelelawar risih berbalut lapar yang terus diredam
rasa lapar terus saja semakin kuat mencengkeram
Kamis, 16 Juni 2016 - 19:24 WIB
Kelelawar Lapar |
“KEPAK
SANG KELELAWAR LAPAR”
Karya: Ki Slamet 42
Dan aku pun gempitakan malam nan sunyi kelam
Lewat kidung geliat jiwa bagjaan yang tenggelam
Sendu nan mendayu digendong sang bayu malam
Berhembus garang hingga kelewar pun jadi geram
Karena tiada lagi buah-buah ranum bisa digayam
Lewat kidung geliat jiwa bagjaan yang tenggelam
Sendu nan mendayu digendong sang bayu malam
Berhembus garang hingga kelewar pun jadi geram
Karena tiada lagi buah-buah ranum bisa digayam
Kelelawar risih berbalut lapar yang terus diredam
rasa lapar terus saja semakin kuat mencengkeram
Sementara atmaku
menggerayang di perut malam
Mencari solusi
yang belum teratasi berputar siam
Menggelinding di
jalan nan terjal berkerikil tajam
Maka segala
keinginan yang masih saja terpendam
Di dasar lubuk
jiwa nan hitam kelam paling dalam
Tiada tersembul
ke permukaan cahayanya padam
Tersiram
tirta suci perwitasari sirna rasa geram
Munculkan
ketenangan meskipun cita-cita karam
Kelelawar yang
masih dibalut lapar bersayap hitam
Terus saja
terbang berputar-putar tiada mau diam
Di antara
pepohonan yang daunnya mulai bersenam
Bagaikan jari
jemari nan lembut sang puteri malam
Berlenggak-lenggok
gemulai jerat kuat kaum Adam
Dan sang atma
ajak kakiku berjalan kembara di alam
Yang tiada
berdimensi cuma berupa hamparan hitam
Hingga kurasakan
nyeri di kaki wajahku merah padam
Menahan lelah
yang berkepanjangan di malam kelam
Bangunkan
sadarkan aku dari mimpi di waktu malam
Halim Perdanakusuma
Kamis, 16 Juni 2016 – 09:20 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar