Rabu, 19 Agustus 2015

“SAAT RASAKAN SEPI AKU TULIS PUISI” Karya : Ki Slamet 42

Image "Ki Slamet 42" ( Foto: SP )
Ki Slamet 42

“SAAT RASAKAN SEPI AKU TULIS PUISI”
Karya : Ki Slamet 42

Tepat pada pukul empat empat puluh lima di pagi hari
Mobil bus Sukabumi-Pulo Gadung yang aku tumpangi
Persis berhenti di pintu gerbang tol Cawang Jagorawi
Aku pun lompat turun dari bus, lalu berjalan telusuri
Terowongan sisi gedung,  Jasa Marga yang masih sepi
Hingga sampailah di tempat dimana aku biasa menanti
Kendaraan angkutan jalur khusus Halim transportasi
Menuju  SMAN 42,  tempat aku ajar  siswa dan siswi

Sekitar lima belas menit menanti,  Trans Halim datang
Maka, segera aku pun naik, duduk di bangku belakang
Trans Halim melaju gancang sebab sepilah penumpang
Sesampai di SMAN 42,  persis di depan  pintu gerbang
Aku pun turun,  berjalan gontai, segera menyeberang
Terus jalan ke ruang T.U yang masih belum ada orang
Karena pegawai tata usahanya masih belumlah datang
Masih di dalam perjalanan, yang tiada pernah lengang

Setelah sidik jari,  kemudian aku pun  tuju ruang guru
Langsung hampiri meja kerjaku yang sudah menunggu
Aku letakkan tas di atas meja sambil duduk termangu
Kepala terasa pening, sebab kantuk gerayangi mataku
Lalu aku beranjak pergi dari situ, jalan keluar menuju
Kantin RUSPAU untuk minum kopi luak kesukaanku
Mata jadi terang, rasa pening kepala yang menganggu
Pun lenyaplah sudah, segarlah kini terasa di tubuhku

Di  bawah kelebatan, dan kerindangan  pohon cheeri
Dibarengi hembusan semilir mendayu sejuk angin pagi
Sang Surya pagi pun, belum nampakkan wajah berseri
Sementara jam mengajarku, mulai jam 11:20 siang hari
Maka,  kuambil pulpen  yang ada di kantong saku kiri
Lalu kutulis puisi, pada secarik kertas, curah isi hati
Yang selama ini, tersimpan dalam lubuk buku memori
Berdenyut bergetar terpancar, keluar lewat ekspresi

Puisi sepi tentang  bermacam peristiwa dalam negeri
Tentang harga daging sapi yang mencuat amat tinggi
Banyaknya para pejabat,  yang terlibat kasus korupsi
Peristiwa kriminal pembunuhan anak yang begitu keji
Para pelaku pembegal motor yang tak kenal basa-basi
Merampas, merampok, bunuh korban sampailah mati
Gunung-gunung pun turutlah marah,  semburkan api
Langit hitam dikotori awan berdebu tebarkan polusi

Kp. Pangarakan, Bogor
Selasa, 18 Agustus 2015 – 07:41 WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar