|
Ki Slamet 42 |
“SAAT RASAKAN SEPI AKU TULIS PUISI”
Karya
: Ki Slamet 42
Tepat
pada pukul empat empat puluh lima di pagi hari
Mobil
bus Sukabumi-Pulo Gadung yang aku tumpangi
Persis
berhenti di pintu gerbang tol Cawang Jagorawi
Aku
pun lompat turun dari bus, lalu berjalan telusuri
Terowongan
sisi gedung, Jasa Marga yang masih sepi
Hingga
sampailah di tempat dimana aku biasa menanti
Kendaraan
angkutan jalur khusus Halim transportasi
Menuju
SMAN 42,
tempat aku ajar siswa dan siswi
Sekitar
lima belas menit menanti, Trans Halim datang
Maka, segera aku pun naik, duduk di bangku belakang
Trans
Halim melaju gancang sebab sepilah penumpang
Sesampai
di SMAN 42, persis di depan pintu gerbang
Aku
pun turun, berjalan gontai, segera menyeberang
Terus
jalan ke ruang T.U yang masih belum ada orang
Karena
pegawai tata usahanya masih belumlah datang
Masih
di dalam perjalanan, yang tiada pernah lengang
Setelah
sidik jari, kemudian aku pun tuju ruang guru
Langsung
hampiri meja kerjaku yang sudah menunggu
Aku
letakkan tas di atas meja sambil duduk termangu
Kepala
terasa pening, sebab kantuk gerayangi mataku
Lalu
aku beranjak pergi dari situ, jalan keluar menuju
Kantin
RUSPAU untuk minum kopi luak kesukaanku
Mata
jadi terang, rasa pening kepala yang menganggu
Pun
lenyaplah sudah, segarlah kini terasa di tubuhku
Di
bawah kelebatan, dan kerindangan pohon cheeri
Dibarengi
hembusan semilir mendayu sejuk angin pagi
Sang
Surya pagi pun, belum nampakkan wajah berseri
Sementara
jam mengajarku, mulai jam 11:20 siang hari
Maka,
kuambil pulpen yang ada di kantong saku
kiri
Lalu
kutulis puisi, pada secarik kertas, curah isi hati
Yang
selama ini, tersimpan dalam lubuk buku memori
Berdenyut
bergetar terpancar, keluar lewat ekspresi
Puisi
sepi tentang bermacam peristiwa dalam
negeri
Tentang
harga daging sapi yang mencuat amat tinggi
Banyaknya
para pejabat, yang terlibat kasus
korupsi
Peristiwa
kriminal pembunuhan anak yang begitu keji
Para
pelaku pembegal motor yang tak kenal basa-basi
Merampas,
merampok, bunuh korban sampailah mati
Gunung-gunung
pun turutlah marah, semburkan api
Langit
hitam dikotori awan berdebu tebarkan polusi
Kp. Pangarakan, Bogor
Selasa, 18 Agustus 2015 – 07:41 WIB