Karya Slamet Priyadi
Di Tahun Dua Ribu Lima Belas yang penuh antrak-intrik ini
Suasana politik kian panas penuh dengan
sarkasmerisasi
Para pejabat dan para
politisi bertengkar penuh emosi
Mereka saling hujat, berkata-kata kasar tak ada etika lagi
Saling berargumentasi mengacu kebenaran diri sendiri
Saling bersilat lidah tak mau mengalah dalam adu strategi
Tebarkan fitnah di segala ranah bertopeng senyum ramah
Gunakan selimut putih penutup ekspresi
kotornya wajah
Seperti sang Dorna dan si Sangkuni yang berkacak gagah
Lecehkan para Pandawa dan Drupadi yang berdadu kalah
Di balairung istana kerajaan Astina yang indah nan megah
Padahal cuma rupa wujud jiwa yang korup, buruk, lemah
Wahai para pemimpin neggeri, jadilah pemimpin amanah
Wahai para pejabat, jadilah pejabat bersih dan amanah
Wahai para politisi, jadilah politisi beretika dan amanah
Wahai penegak hukum, jadilah penegak
hukum amanah
Wahai para pengamat, jadilah
pengamat ramah amanah
Wahai para media, jadikanlah media berita yang amanah
Kita hidup dalam bingkai NegaraKesatuan Republik Indonesia
Berdasakan UUD 1945 dan Pancasila
yang Bhineka Tunggal Ika
Meskipun berbeda suku bangsanya, berbeda-beda agamanya
Meski berbeda-beda bahasanya, meski berbeda budayanya
Tetapi kita semua tetap satu, bangsa Indonesia yang merdeka
Bersatulah bangsaku, berjayalah
negeriku tercinta, Indonesia
Sabtu, 14 Maret
2015 23:20 WIB
Slamet Priyadi
Di Kp.
Pangarakan, Bogor
Wahai para pemimpin neggeri, jadilah pemimpin amanah. Wahai para pejabat, jadilah pejabat bersih dan amanah. Wahai para politisi, jadilah politisi beretika dan amanah. Wahai penegak hukum, jadilah penegak hukum amanah.
BalasHapusWahai para pengamat, jadilah pengamat ramah amanah. Wahai para media, jadikanlah media berita yang amanah.